Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Pengusaha Menjerit

Kompas.com - 17/05/2018, 10:46 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berdampak besar bagi pasar. Kenaikan harga secara signifikan diprediksi terjadi jika fluktuasi terjadi berkepanjangan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdan mengatakan, kenaikan biaya terutama terjadi pada impor bahan baku.

"Ini membebani impor bahan baku dan proses di dalam negeri pasti akan tambah biaya," ujar Hariyadi kepada Kompas.com, Kamis (17/5/2018).

Apalagi, pajaknya pun ikut-ikutan naik menyesuaikan kurs saat ini. Dengan naiknya bahan baku dan pajak, maka otomatis meningkatkan harga produksi. Akibatnya, masyarakat yang jadi korban karena harga-harga menjadi mahal.

Ia mengatakan, pemerintah semestinya membantu agar lemahnya rupiah tak membebani masyarakat. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah akan semakin membebani APBN karena utang luar negeri otomatis nilainya semakin besar.

"Kurs naik ini kewajiban negara untuk mengamankan, tapi kenapa ikutan mengambil untung dengan kejadian ini," kata Hariyadi.

Hariyadi mengatakan, idealnya nilai tukar Indonesia terhadap dollar AS stabil di posisi Rp 13.500.

Menurut dia, guncangan nilai yang drastis seperti saat ini menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Apalagi dampaknya untuk jangka panjang. Terlebih dengan ketidakseimbangan ekspor dengan utang luar negeri.

"Kalau sampai Rp 14.000 kan berarti ada titik keseimbangan baru. Kan tidak mudah, bahan baku naik semua, harga jual naik, masyarakat uangnya belum tentu naik," kata Hariyadi.

"Jadi kita enggak happy kalau naik itu seperti ini," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com