Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks PMI Indonesia Naik, Pemerintah Genjot Industri Manufaktur

Kompas.com - 05/06/2018, 06:09 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com - Kinerja industri manufaktur nasional mengalami tren peningkatan. Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan, PMI Indonesia pada bulan Mei 2018 berada pada level tertingginya setelah 23 bulan (Juni 2017) di posisi 51,7. Sementara bulan lalu, PMI Indonesia berada di posisi 51,6.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, peningkatan posisi PMI ini menunjukkan industri manufaktur di Indonesia masih bergairah. Pemerintah pun akan terus mendorong masuknya investasi untuk mendukung pertumbuhan di tubuh industri manufaktur nasional.

"Itu (kenaikan PMI) positif, membuktikan bahwa industri manufaktur bergeliat. Dan akan kami dorong terus agar investasi masuk," ujarnya ketika ditemui awak media selepas mengunjungi pabrik PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) di Kudus, Senin (4/6/2018).

Berdasarkan catatan Nikkei, geliat industri manufaktur di bulan Mei didorong oleh permintaan baru yang tumbuh pesat sejak Juli 2014. Selain itu, produksi terus mengalami peningkatan selama 3 bulan berturut-turut serta berpengaruh terhadap menguatnya sentimen industri manufaktur.

Baca juga: Menperin: Revolusi Industri Harusnya Tak Disruptif tapi Transformatif

Di sisi lain, permintaan baru terhadap ekspor terus mengalami penurunan selama 6 bulan berturut-turut. Hal ini mendorong perusahaan mengurangi pekerja mereka meski dalam jumlah yang relatif sedikit.

Adapun tekanan inflasi biaya produksi terus meningkat dan membuat harga barang-barang produksi terkerek tajam dalam waktu 2,5 tahun.

Namun, Menperin masih memandang positif tren peningkatan posisi PMI ini terus berlanjut.

"Dengan impor capital expenditure atau barang modal naik diharapkan manufaktur terus meningkat," sebut Airlanga.

Sebagai informasi, PMI di atas level 50 menunjukkan manufaktur berekspansi. Sedangkan di bawah level 50, ada kontraksi di sektor ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com