Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Tarif Perdagangan Trump Gerus Pertumbuhan Ekonomi China

Kompas.com - 07/07/2018, 10:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Reuters

JAKARTA, KOMPAS.com - Enam bulan perdebatan soal tarif perdagangan dengan Amerika Serikat telah mengikis sekitar seperlima dari nilai pasar saham China. Namun, pergerakan tersebut mungkin hanya permulaan dari apa yang akan terjadi.

Indeks saham acuan Shanghai SSEC terjun sekitar 22 persen sejak Januari 2018, ketika tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump untuk solar panel pertama kali diumumkan.

Indeks sahamnya kembali turun 9 persen sejak 19 Juni, ketika Trump menguraikan rencananya untuk pajak impor Cina lebih besar dari yang mulanya diusulkan.

Tarif untuk impor Cina senilai 3 miliar dollar AS dimulai pada Jumat (6/7/2018) kemarin. Beijing tidak punya pilihan selain membalasnya dengan mengenakan pajak jumlah yang sama dari barang-barang AS yang masuk ke China.

Sementara itu, Trump menyatakan tarif AS untuk barang Cina senilai 16 miliar dollar AS lainnya akan diberlakukan dalam dua minggu.

Momok risiko perang perdagangan besar-besaran itu menenggelamkan pasar China lebih dalam.

Sebagaimana dikutip Reuters, penasihat bank sentral China, Ma Jun mengatakan, tarif AS senilai 50 miliar dollar terhadap barang China akan mencukur 0,2 poin persentase dari pertumbuhan Cina.

Para ekonom pasar memperkirakan bahwa setiap 100 miliar dollar AS impor yang dipengaruhi tarif tersebut akan mengambil sekitar 0,5 persen dari perdagangan global.

Hal ini telah berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi China pada 2018 sebesar 0,1-0,3 poin persentase. Angkanya sedikit lebih rendah dari pertumbuhan AS.

"Semakin besar ukurannya (impor menghadapi tarif), semakin besar potensi dampak GDP lebih besar dari ekstrapolasi linier akan mengusulkan," kata Aidan Yao, ekonom senior di AXA Investment Managers di Hong Kong.

Adapun efek lainnya berdampak pada kepercayaan investasi dan rantai pasokan global. Mengingat ketidakpastian atas sengketa perdagangan, analis sekuritas di China menyarankan investor harus menjual saham dan memegang uang tunai.

Menurut Samuel Chien, partner Shanghai BoomTrend Investment Management Co, level dasar dari pergerakan saham sama sekali tak terlihat.

"Anda mencari faktor fundamental maupun psikologi pasar, tidak ada yang cerah. Perang dagang China-AS akan memiliki dampak negatif yang serius pada ekonomi China," kata Chien.

Dia khawatir indeks perdagangan Shanghai yang sekarang di posisi di 2.747 poin, bisa berkurang seperempat dari nilainya menjadi ke level 2.000 dalam 6 sampai 12 bulan ke depan.

Meskipun pasar saham AS lebih stabil daripada China dalam bulan-bulan terakhir ini akibat meningkatnya tensi perdagangan, analis memperingatkan agar tidak memangkas kapasitas Beijing untuk membalas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com