Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Listrik Kami Kini Tak Lagi Numpang ke Tetangga...

Kompas.com - 13/07/2018, 08:08 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com – Praktik levering, atau menyambung listrik secara tak resmi dari rumah terdekat masih menjadi masalah di Jawa Barat. Dari 316.000 kepala keluarga (KK) di Jawa Barat yang belum tersentuh elektrifikasi, 75 persennya adalah mereka yang melakukan praktik levering ini.

Alasannya, sebagian besar dari mereka, tidak mampu membayar biaya penyambungan listrik secara resmi.

Salah satunya Iis (43), warga Desa Cikupa, Kabupaten Tasikmalaya. Sejak rumahnya dibangun 5 tahun lalu, dirinya menumpang listrik dari rumah kakak yang tinggal di depan rumahnya. Aliran listrik hanya digunakan untuk dua lampu dengan daya masing-masing 5 watt untuk bagian teras rumah, serta ruang tengah, juga 1 alat penanak nasi.

Selama ini, Iis yang terkadang juga membantu tetangganya menjadi buruh cuci dan setrika, harus merawat ibunya yang sudah memasuki usia senja. Sehingga, dirinya tak bisa melulu menggunakan waktu untuk bekerja.

Baca: Banyak Praktik "Levering", PLN Jawa Barat Lakukan Aksi Sambung Listrik

Sedangkan uang untuk menyambung hidup sehari-hari, Iis dan Ibunya mengandalkan kiriman dari anak di Jakarta.

Untuk biaya menumpang listrik, dalam satu bulan, Iis akan membayar sejumlah Rp 15.000 hingga Rp 20.000, namun itu pun tak mesti.

“Ya saya bayar ke tetangga sebelah, sekitar Rp 15.000 sampai 20.000, tapi kalau seumpama nggak ada uang saya nggak bayar, mereka juga maklum,” ujar Iis kepada Kompas.com, Kamis (12/7/2018).

Berbeda dengan Iis, Amar Muslim (27) jutsru rumahnya sudah tidak teraliri listrik semenjak dirinya lahir. Untuk beraktifitas sehari-hari, Amar numpang di rumah bibinya yang hanya terletak di sebelah rumah.

“Aktivitas di bawah cuma kalau siang hari saja, kalau malam tinggal di rumah Bibi di atas,” ujar Amar.

Profesinya sebagai tukang jahitlah yang menuntut Amar harus numpang di rumah Bibinya. Sebab, Amar baru aktif menjahit ketika malam hari.

Dirinya sempat menggunakan lampu minyak untuk menerangi rumah petaknya yang hanya berisi ruang tengah, satu kamar, dan dapur itu. Namun, penerangan dari lampu minyak nyatanya tak cukup terang untuk dapat mendukung aktivitas menjahitnya.

Biaya Mahal

Baik Iis dan Amar mengaku, biaya menyambung listrik terlampau mahal untuk mereka.

General Manager PT PLN (Persero) Diastribusi Jawa Barat Iwan Prawana menjelaskan, biaya menyambung atau berlangganan listrik adalah Rp 1 juta.

“Biaya itu untuk penyambungan kepada PLN, kemudian biaya instalasi, dan juga biaya sertifikasi layak operasi,” ujar Iwan di Tasikmalaya, Rabu (11/7/2018).

Sebagai rincian, biaya penyambungan listrik kepada PLN sejumlah Rp 421.000, instalasi listrik Rp 450.000, serta sertifikasi layak operasi Rp 40.000.

Sementara, pendapatan Iis yang seorang buruh cuci panggilan tak pernah pasti. Sementara Amar, setiap bulannya ketika ramai hanya bisa mendapatkan sekitar Rp 700.000 per bulan.

Iis masih harus memberi uang saku untuk anaknya yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Sementara Amar, meski masih hidup sendiri, rasanya tentu berat untuk melistriki rumah yang hanya dia tinggali sendiri.

Sambung Listrik Kementerian BUMN

Untuk menjembatani permasalahan yang serupa dengan Iis dan Amar, PLN pun melakukan program sambung listrik gratis yang dipayungi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, melalui program sambung listrik gratis yang merupakan sinergi antar BUMN ini, sebanyak 316.000 warga Jawa Barat yang belum mendapatkan aliran listrik resmi dapat menikmati listrik secara bebas setidaknya hingga November mendatang.

“Kita harapkan program ini dapat selesai 3 sampai 4 bulan mendatang. Memang sedang dicek dulu ya, sejumlah 316.000 itu kita sedang cek,” ujar Rini.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Sofyan Basir menambahkan, melalui sinergi BUMN ini dapat dipastikan rasio elektrifikasi di Jawa Barat akan meningkat. Program sambungan listrik gratis tersebut dipastikan akan mendongkrak rasio elektrifikasi di Jabar hingga 100 persen tahun depan. Sementara saat ini, rasio elektrifikasi di Jawa Barat berada pada kisaran 98 persen.

“Sekarang sudah 98 persen di Jabar, nanti setelah program ini berjalan nanti bisa langsung 100 persen,” ujar dia.

Sofyan juga memastikan, biaya penyambungan listrik untuk 316.000 rumah tangga di Jawa Barat tidak dipungut biaya sepeser pun. Beban biaya penyambungan listrik akan sepenuhnya dibebankan kepada BUMN. Baru kemudian, biaya bulanan setelah listrik disambungkan dibayar oleh calon pelanggan listrik PLN.

“Tidak dipungut biaya apapun, seluruhnya ditanggung Sinergi BUMN. Mereka tinggal bayar pulsa listriknya saja,” tandas Sofyan.

Direktur Utama BRI Suprajanto pun mengatakan, BRI akan berkontribusi membayar biaya penyambungan listrik untuk 5.000 rumah tangga. Jumlah tersebut akan diselesaikan pada tahap awal ini.

“Kita membantu penyambungan listrik gratis 5.000 KK dari keseluruhan di Jabar. Ini dilakukan untuk periode sekarang,” kata dia.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk Pertamina 400 kepala keluarga tersebar di Tasikmalaya yang tersebar di kecamatan Rajapolah, Kecamatan Singaparna dan Kecamatan Karangnunggal.

“Ini merupakan bentuk sinergi antara PLN dengan Pertamina untuk melistriki warga masyarakat yang kurang mampu,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com