Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 18/07/2018, 09:04 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan menyampaikan outlook atau ekspetasi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen atau lebih rendah dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 yang dipatok 5,4 persen.

Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, caranya adalah pertumbuhan ekonomi semester II diharapkan bisa 5,3 persen.

Lantas, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk memenuhi ekspetasi tersebut?

Baca: Kemenkeu Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Semester II Capai 5,3 Persen

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan, salah satu yang jadi kunci adalah mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga di atas 5,0 persen.

"Tantangannya tentu pertumbuhan dari konsumsi. Pertumbuhan konsumsi kami harapkan bisa di atas 5,0 persen, jadi bisa menuju 5,1 persen," kata Suahasil saat konferensi pers realisasi APBN 2018 bulan Juni di Kementerian Keuangan, Selasa (17/7/2018) malam.

Selain itu, hal lain yang tak luput dari perhatian adalah pembentukan modal tetap bruto atau investasi. Menurut Suahasil, pertumbuhan investasi di semester I diperkirakan ada di angka 8 persen dan untuk semester II harus lebih ditingkatkan lagi.

Upaya mendorong pertumbuhan investasi minimal 8 persen yaitu dengan gencar menyampaikan berbagai bentuk insentif serta kemudahan perizinan berusaha. Salah satu kemudahan yang telah diluncurkan pemerintah adalah pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik atau Online Single Submission (OSS), baru-baru ini.

"Pemerintah sekarang gencar menyampaikan bahwa insentif dan percepatan perizinan, OSS yang kemarin diluncurkan, insentif fiskal terus dikeluarkan, tentu ingin melihat investasi ini bisa tetap tumbuh minimal 8 persen," tutur Suahasil.

Indikator lainnya yaitu ekspor yang harus dijaga terus momentumnya setelah dari akhir 2017 pertumbuhannya selalu positif. Meski demikian, tantangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekspor adalah peningkatan impor, terutama untuk barang modal atau bahan mentah.

"Memang impor terlihat tumbuh lebih cepat dan ini memang biasanya tanda perekonomian Indonesia mulai bergerak. Jadi, impor yang meningkat untuk impor barang modal artinya akan ada investasi. Impor yang mulai meningkat untuk bahan mentah itu tanda bahwa perusahaan akan mulai berproduksi," ujar Suahasil.

Adapun tantangan dari segi ekspor-impor adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Jika kurs melemah, positifnya ekspor bisa digenjot karena harga dari Indonesia lebih murah sehingga meningkatkan daya saing.

Namun di sisi lain, nilai impornya jadi lebih tinggi sehingga berpotensi memberatkan pelaku usaha. Terhadap kondisi seperti ini, pemerintah melalui bauran kebijakan berupaya menjaga keseimbangan agar tidak berdampak buruk ke defisit transaksi berjalan.

"Keseimbangan ini dipastikan supaya progress perekonomian tetap terjaga secara balance, tapi tetap menuju ke tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi," ucap Suahasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com