Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Perkasa, Rupiah Justru Nelangsa

Kompas.com - 13/08/2018, 20:47 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27 pada kuartal II 2018 masih belum bisa mengerek nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Sentimen negatif masih membayangi rupiah yang hari ini menyentuh level Rp 14.600 per dollar AS.

Angka tersebut pun menjadi yang tertinggi selama pelemahan rupiah sejak awal 2018. Situasi tersebut kemudian dianggap tak mengejutkan, lantaran pada kuartal II 2018 neraca perdagangan masih mengalami defisit plus masih adanya defisit transaksi berjalan sebagai kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

"Kuncinya adalah di faktor fundamental. Kalau faktor defisit dan current account (transaksi berjalan) kita defisit maka itu yang nantinya akan menjawab bahwa depresiasi nilai tukar rupiah kita apakah temporary atau akan terus berlanjut ke depannya," ujar Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati, di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Dominasi sektor konsumtif dibandingkan sektor produktif dalam pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 pun dianggap bakal terus berlangsung pada semester II 2018.

Enny pun sangsi target pertumbuhan ekonomi akhir 2018 bisa tercapai jika hal tersebut terus terjadi.

"Nah kalau itu enggak tercapai, maka itu akan jadi referensi capital inflow yang masuk. Nah capital inflow yang masuk itulah yang jadi indikator terjadi pelemahan rupiah atau tidak," sambung dia.

Di sisi lain, faktor politik seperti penentuan capres dan cawapres pekan lalu juga belum mampu berdampak positif bagi rupiah, kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehari setelah penentuan capres/cawapres naik beberapa persen.

Penguatan IHSG tersebut pun tak berjalan lama, sebab hari ini seiring dengan melemahnya rupiah terhadap dollar AS, IHSG justru anjlok.

"Kita ingat betul 5 tahun lalu, ketika pendeklarasian Jokowi ini juga rupiah bahkan IHSG langsung dari zona merah ke zona biru. Tetapi ternyata honeymoon-nya tidak lama. Kemudian hal yang sama ini bisa terjadi sekarang, sebaliknya pasar justru merespons negatif. Nah pertanyaannya adalah sekarang apakah ini temporary atau berlanjut?" pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petugas KCIC Kembalikan Barang Penumpang Whoosh yang Tertinggal, Berisi Uang Rp 50 Juta

Petugas KCIC Kembalikan Barang Penumpang Whoosh yang Tertinggal, Berisi Uang Rp 50 Juta

Whats New
AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi 'Lender Institusional'

AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi "Lender Institusional"

Whats New
Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Whats New
Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com