Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pemenang dan Pecundang Krisis Keuangan Turki?

Kompas.com - 16/08/2018, 16:37 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Anjloknya mata uang lira Turki dalam beberapa hari terakhir telah menggoyang pasar keuangan global.

Meskipun demikian, para pakar tak mengekspektasikan apa yang terjadi di Turki menyebabkan krisis keuangan. Mereka menyebut, Turki menyumbang sekitar 1 persen pada perekonomian dunia dan eksposur global terhadap sektor perbankan Turki juga sangat kecil.

"Jumlahnya tidak terlalu mengkhawatirkan bagi saya, namun saya rasa lebih kepada sentimen," kata Sat Duhra, manajer portfolio di Janus Henderson Investors seperti dikutip dari CNBC, Kamis (16/8/2018).
 
Duhra mengungkapkan, perkembangan di Turki telah memicu ketegangan lebih besar pada saat yang sama ketika investor telah ketar-ketir karena meningkatnya ketegangan perdagangan, kenaikan suku bunga AS, dan outlook ekonomi China yang melambat.
 
Lalu, siapa sebenarnya pemenang dan pecundang dalam krisis keuangan yang terjadi di Turki?
 
Pecundang

Dalam gejolak yang terjadi di Turki, yang terkena imbas adalah negara-negara berkembang dan perbankan. Investor telah ramai-ramai menarik dana dari negara-negara berkembang lantaran khawatir negara-negara itu akan mengikuti jejak Turki.
 
Akibatnya, mata uang negara-negara berkembang ikut anjlok menyusul merosotnya lira Turki.
 
"Krisis di Turki meningkatkan kekhawatiran terhadap negara-negara berkembang yang lebih rentan dan memiliki defisit transaksi berjalan seperti Turki, contohnya Brazil, Afrika Selatan, dan Argentina," tulis Wells Fargo Investment Institute dalam laporannya.
 
Adapun dari sisi perbankan, meski memiliki eksposur terbatas terhadap sistem keuangan Turki, saham perbankan di AS, Eropa, dan Jepang terpukul kondisi di Turki. Beberapa bank Eropa seperti BBVA dari Spanyol dan UniCredit dari Italia memiliki unit di Turki, tak bisa dielakkan saham mereka anjlok.
 
Investor pun khawatir lemahnya perbankan Turki akan berdampak pada bank-bank asing yang memiliki aset di negara tersebut.

Pemenang

Yang diuntungkan dengan krisis di Turki adalah dollar AS dan hubungan Turki-Uni Eropa. Sejalan dengan investor yang mencari safe haven atau tempat aman untuk menempatkan dana mereka, aset AS menguat didukung kuatnya ekonomi AS dan suku bunga yang lebih tinggi.

Penguatan dollar AS hanya akan menambah masalah yang dihadapi Turki dan negara-negara berkembang lainnya, kata David Dietze, presiden Point View Wealth Management.

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump berseteru soal penerapan tarif dan penahanan seorang pastor AS bernama Andrew Brunson. Ini membuka kesempatan rekatnya hubungan antrara Turki dengan negara-negara Uni Eropa, menurut laporan Eurasia Group.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com