Tahun ini, pemerintah menargetkan kebuntingan sebanyak 2,1 juta ekor dari 3 juta akseptor sapi/kerbau.
Berdasarkan data kumulatif sejak 1 Januari hingga 13 Agustus 2018 capaian IB nasional adalah sebanyak 2.855.153 ekor dengan total akseptor sebanyak 2.792.644 ekor atau 93,09 persen dari target akseptor 3 juta ekor akseptor pada 2018.
Untuk capaian kebuntingan nasional periode pada periode yang sama tercatat sebanyak 1.193.106 ekor 56,81 persen dari target kebuntingan pada 2018 sebanyak 2,1 juta ekor.
Sementara, kelahiran telah mencapai 804.753 ekor atau 47,90 persen dari target kelahiran ada 2018 sebanyak 1,68 juta ekor.
Selain bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi dan kerbau, I Ketut menyatakan kegiatan Upsus SIWAB juga diharapkan memberikan dampak ekonomi secara nasional.
"Nilai jual pedet lepas sapih berumur 6 bulan dengan harga rata-rata sebesar Rp 8 juta, jika dikalikan dengan jumlah kelahiran 911.135 ekor pada 2017, maka dampak ekonomi yang dihasilkan sebesar Rp 7,28 triliun. Bandingkan dengan input pelaksanaan Upsus SIWAB yang hanya Rp 1,07 triliun," kata I Ketut.
Upsus SIWAB juga berhasil menambah peningkatan lapangan kerja tenaga teknis bidang peternakan seperti inseminator dan paramedik di pedesaan sebanyak menjadi 8.000 orang.
Selain juga tentunya meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam usaha peternakan sapi dengan adanya insentif pelayanan.
Kurangi impor
I Ketut juga optimis, ke depan industri peternakan sapi semakin kondusif, dan dapat terus menekan impor.
Beberapa hal yang juga mendukung hal tersebut adalah pengembangan ternak unggulan jenis sapi Belgian Blue, menciptakan iklim investasi peternakan yang baik, fasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi, memfasilitasi peternak dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pengadaan Kapal Ternak untuk menekan biaya transportasi.
"Melihat perkembangan saat ini kami optimis dapat mewujudkan kemandirian pangan dan ketahanan pangan secara berkelanjutan, khususnya untuk daging sapi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.