Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Kemampuan Bayar Utang Pemerintah

Kompas.com - 23/08/2018, 06:15 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkara utang pemerintah yang belakangan ramai dibahas tidak lepas dari fenomena pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

Banyak pihak yang berpendapat, melemahnya rupiah akan membuat besaran utang yang harus dibayar semakin membengkak, sehingga jadi beban untuk negara.

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menjelaskan, memang betul ada pengaruh pelemahan rupiah terhadap posisi utang pemerintah. Pelemahan rupiah akan langsung terasa ketika pemerintah harus membayar utang yang jatuh tempo pada tahun saat pelemahan mata uang terjadi.

"Ada lah pengaruhnya karena dari kurs pasti ada depresiasi. Tapi, kita beruntung karena sekarang banyak yang (dalam mata uang) rupiah," kata Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Scenaider Siahaan saat berbincang dengan Kompas.com pada Selasa (21/8/2018).

Scenaider menjelaskan, dulu utang pemerintah lebih banyak dalam kurs dollar AS ketimbang rupiah. Sehingga, ketika masa jatuh tempo tiba dan sedang ada gejolak ekonomi global yang membuat dollar AS menguat, pemerintah lebih sulit memenuhi pembayaran utang tersebut dengan mengandalkan rupiah.

Namun, ketika porsi utang lebih banyak dalam rupiah, maka pemerintah tidak perlu menanggung beban pembayaran utang meski dollar AS sedang menguat dan rupiah melemah seperti sekarang ini. Posisi saat ini, menurut Scenaider, lebih dominan utang dalam rupiah ketimbang dollar AS.

"Sekarang sekitar 60 persen (total utang) dalam rupiah, sudah besar. Perkiraan kita porsi rupiah 60 persen sampai akhir tahun," tutur Scenaider.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) per tanggal 21 Agustus 2018, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ada pada Rp 14.568. Posisi tersebut menguat tipis setelah sebelumnya sempat tembus Rp 14.625 pada 14 Agustus 2018 atau merupakan level terendah sejak awal tahun ini.

Dari data Kemenkeu, posisi utang pemerintah pusat hingga akhir Juli 2018 sebesar Rp 4.253,02 triliun. Utang pemerintah pusat periode tersebut terdiri dari pinjaman luar negeri Rp 779,71 triliun, pinjaman dalam negeri Rp 5,79 triliun.

Sementara Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebesar Rp 3.467,52 triliun di mana SBN denominasi rupiah sebesar Rp 2.442,82 triliun dan SBN denominasi valas Rp 1.024,71 triliun. Asumsi Pendapatan Domestik Bruto akhir Juli 2018 sebesar Rp 14.302,21 triliun, sehingga rasio utang terhadap PDB mencapai 29,74 persen.

Persentase tersebut masih jauh di bawah batas 60 persen terhadap PDB seperti yang tertera dalam Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com