Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dongkrak Wisata, Pemerintah Manfaatkan Momentum Depresiasi Rupiah

Kompas.com - 28/08/2018, 20:39 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Momentum depresiasi rupiah terhadap dollar AS dimanfaatkan oleh Kementerian Pariwisata untuk mendongkrak pengembangan pariwisata Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib ketika Media Briefing Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia mengenai penguatan sinergi dalam akselerasi pengembangan destinasi pariwisata prioritas, Selasa (28/8/2018).

Dia menjelaskan, dengan momentum depresiasi rupiah ini, Kemenpar berupaya meningkatkan promosi sehingga biaya pariwisata ke Indonesia menjadi lebih murah dan kompetitif.

"Sehingga harapannya apa yang kita lakukan bisa berdampak cepat terhadap perekonomian kita," ujar Hiramsyah.

Sebagai informasi, rupiah sempat menguat ke Rp 14.500 per dollar AS setelah BI menaikkan suku bungga sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Saat ini, nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi ke level Rp 14.600 per dollar AS atau sebesar 7,04 persen secara year to date (ytd).

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Moneter Aida Budiman mengatakan, hal utama untuk mempercepat pengembangan pariwisata adalah dengan peningkatan daya saing. Tidak semata-mata bergentung pada nilai tukar yang sedang terdepresiasi.

"Sebetulnya kalau bicara nilai tukar, kita bicara harga yang sifatnya relatif sehingga short term, jadi yang kami lakukan di sini adalah peningkatan daya saing. Kita nggak bergantung ke nilai tukar karena lagi depresiasi, kita hanya lakukan peningkatan daya saing untuk destinasi," ujar dia.

Penguatan sektor pariwisata dilakukan melalui peningkatan atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Saat ini, posisi pertumbuhan kunjungan wisatawan Indonesia masu dalam kategori 3 besar di Asia, yaitu sebesar 22 persen. Nilai tersebut hanya kalah dari Vietnam yang pertumbuhan wisawatan asingnya mencapai 29 persen.

"Pilihannya memang tidak ada cara lain selain bekerja secara simulta dan paralel. Ketika di satu sisi perlu untuk membangun infrastruktur darat dan laut, di sisis lain kita juga harus menggenjot kunjungan wisatawan asing maupun domestik," ujar Hiramsyah.

Adapun saat ini, pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan devisa negara melalui percepatan pengembangan desinasi pariwisata pemerintah.

Sebelumnya, pemintah telah memosisikan 10 destinasi wisata prioritas, yang pada akhir 2017 lalu dikerucutkan menjadi 4 destinasi wisata super prioritas yang terdiri atas Danau Toba, Borobudur-Joglo Semar, Mandalika dan Labuan Bajo. Pemerintah pun telah menargetkan pendapatan devisa dari sektor pariwisata sebesar 20 miliar dollar AS tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com