Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkeu Sebut Impor Tak Dibatasi, Hanya Dikendalikan

Kompas.com - 29/08/2018, 19:59 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kebijakan pemerintah mengkaji sekitar 900 komoditas impor barang konsumsi bukan bertujuan untuk membatasi impor.

Hal ini dijelaskan untuk menjawab kekhawatiran para pelaku usaha dalam merespons kabar akan ada pembatasan impor sekira 900 komoditas yang akan diterapkan dalam waktu dekat.

Langkah pemerintah mengkaji barang-barang impor jadi kekhawatiran pelaku usaha karena ditakutkan berdampak pada kelangsungan industri karena banyak bahan baku yang selama ini diimpor.

"Pemerintah berupaya mengurangi defisit transaksi berjalan, salah satunya mendorong ekspor dan mengendalikan impor. Tidak berarti pemerintah mengurangi impor. Judulnya bukan memangkas, tapi meninjau atau melihat kembali barang-barang yang diimpor," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adriyanto dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Rabu (29/8/2018).

Adriyanto mengungkapkan, impor tidak akan dibatasi, melainkan dikendalikan. Pengendalian impor yang dimaksud adalah menilai apakah komoditas tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri atau tidak, serta memanfaatkan barang pengganti bila ada produk serupa yang bisa diproduksi oleh industri dalam negeri.

"Pemerintah tidak berniat mengurangi impor. Pemerintah melihat kembali barang-barang konsumsi, khususnya yang punya peluang untuk disesuaikan lagi, baik dari sisi PPh (Pajak Penghasilan)-nya," tutur Adriyanto.

Sampai saat ini, BKF masih mengkaji lebih lanjut sekitar 900-an komoditas impor barang konsumsi yang akan dikendalikan nantinya. Sebagai bentuk pengendalian, pemerintah akan menyesuaikan tarif PPh impornya dengan koordinasi bersama Kementerian Perindustrian.

"PPh impor sifatnya bayar pajak di muka, dampak ke inflasi sangat minimal. Beda dengan bea masuk, itu kan jadi biaya. Importir akan dikreditkan di akhir tahun dan dampak ke inflasi minimal," ujar Adriyanto.

Adriyanto tidak menutup kemungkinan jumlah komoditas impor barang konsumsi yang kini berjumlah 900-an akan bertambah di kemudian hari. Awalnya, disebut ada 500-an komoditas yang dikaji, tetapi belakangan bertambah hingga jadi sekitar 900-an komoditas.

"Kebijakan pemerintah tidak jadi distorsi, tapi jadi stimulus. Pemerintah tidak membatasi impor, tetapi mengendalikan impor agar memberikan dampak positif. Salah satunya pengenaan tarif ke barang-barang yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi," ucap Adriyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com