2. Menaikkan suku bunga acuan
Bank Indonesia sepanjang tahun 2018 ini telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 5 kali atau 125 basis points (bps) menjadi 5,5 persen. Hal ini dilakukan supaya suku bunga tetap menarik bagi masuknya portofolio asing.
Sebab saat ini, aliran modal asing banyak yang keluar dari pasar negara berkembang dan mengarah ke Amerika Serikat akibat dari kebijakan bank sentral mereka (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga mereka sebanyak 4 kali tahun ini, dan kemungkinan masih 2 hingga 3 kali lagi tahun depann.
"Untuk investasi asing mereka masih pasti milih-milih dari sisi imbal hasil," jelas Perry.
Dia menyebutkan, sebetulnya dengan inflasi yang cukup rendah yaitu berada pada posisi 3,18 persen secara tahunan masih rendah. Dan hingga akhir tahun, inflasi masih akan terjaga dikisaran 3,5 persen. Sehingga sebenarnya BI tidak benar-benar menginginkan suku bunga acuan naik lantaran dapat mengerek suku bunga kredit dan deposito perbankan.
"Sebenarnya kita nggak perlu menaikkan suku bunga kalau inflasi rendah. Tai kita perlu karena kita butuh investasi masuk khususnya obligasi. Sehingga kita harus naikkan suku bunga agar imbal hasil menari," ujar dia.
3. Intervensi ganda di pasar valuta asing (valas)
Hingga hari Selasa, BI telah mengeluarkan Rp 11,9 triliun baik di pasar valuta asing maupun membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
"Sejak Kamis, Jumat, Senin, Rabu kita intervensi jumlahmya meningkat. Juga di pasar sekunder koordinasi dengan Kemenkeu (Kementerian Keuangan), pembelian SBN tidak hanya stabilkan pasar SBN tapi juga mendukung stabilitas nilai tukar, agar suhu badan kita turun. Hari Kamis kita beli Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun, Senin Rp 3 triliun, dan kemarin Rp 1,8 triliun," ujar dia.
Dia menjelaskan, intervensi ganda merupakan salah satu bentuk langkah jangka pendek untuk stabilkan rupiah.
4. Menyediakan swap valas atau hedging berbiaya murah
Perry menjelaskan, BI telah melakukan komunikasi dengan pengusaha mengenai upaya yang bisa mereka lakukan untuk bisa menarik dana hasil ekspor mereka ke dalam negeri dan mengonversikannya ke rupiah.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan menyediakan swap valas atau hedging dengan biaya rupiah. Selain itu, batas minimum transaksi swap lindung nilai pun diturunkan dari 10 juta dollar AS menjadi 2 juta dollar AS.
"Kami sudah berkomunikasi dengan pengusaha melalui Kadin (Kamar Dagang Indonesia). Swap yang disediakan setiap hari dengan biaya lebih itu adalah hasil komunikasi dengan pengusaha yang sempat mengatakan biaya swap mahal," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.