Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bingung Memulai Investasi Reksa Dana? Ini Beberapa Tips dari Bahana TCW

Kompas.com - 07/09/2018, 06:30 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pilihan investasi kini semakin terbuka lebar. Banyak sarana yang disediakan agar masyarakat menanamkan dana mereka, baik melalui reksadana dengan berbagai jenisnya, surat utang negara (SUN), hingga saham yang paling kompleks.

Namun, masyarakat kerap kali masih kebingungan bagaimana cara untuk memulai investasi.

Direktur Utama Bahana TCW Investment Management Edward P Lubis menjelaskan, hal terpenting bagi pemulai untuk memulai investasi adalah dengan merubah pola pikir bahwa investasi hana bisa dilakukan ketika memiliki uang saja. Sebab sekarang, banyak sarana investasi dengan dana minimal Rp 10.000 hingga Rp 100.000.

"Jadi sebenarnya investasi itu dimulai tidak dari berapa uang yang dipunya. Karena barriernya sudah diturunkan, ada yang rangenya mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 100.000," jelas dia kepada Kompas.com di kantornya, Kamis (5/9/2018).

Pilihan aset yang bisa diinvestasikan pun bermacam, begitu pula dengan platformnya. Dia menjelaskan, bagi pemula jenis investasi yang paling mungkin dilakukan adalah melalui reksa dana pasar uang.

Sebagai investor pemula, harus diperhatikan jenis investasi yang memiliki risiko kerugian kecil.

"Masuknya bisa lewat macam-macam, visa lewat e-commerce juga. Mulailah dengan yang pasti untung, artinya tingkat kerugiannya kecil sekali, masuklah ke pasar uang, itu pasti tumbuh" jelas dia.

Setelah mantab dengan jenis investasi yang diinginkan, jumlah dana yang akan diinvestasikan bisa dimulai dari nominal terkecil.Hal ini dilakukan untuk mengasah sensitifitas terhadap pergerakan pasar.

Kemudian, jika sudah mulai bisa membaca situasi pasar, jumlah investasi bisa terus ditingkatkan secara bertahap setiap 6 bulan.

"Coba dengan pasar uang dengan amount kecil, kalau sudah merasakan pertumbuhan misalnya dari Rp. 10.000 menjadi Rp 10.200, itu pertumbuhan lho, baru ditambahin setiap 6 bulan," ujar dia.

Selepas khatam dengan dinamika pasar uang, baru kemudian bisa dicoba berbagai pilihan aset lainnya.

Dia juga menegaskan, masyarakat Indonesia juga harus mengurangi perilaku konsumsi dan tidak mudah tergiur kredit dengan DP rendah. Sebab, DP rendah tak selamanya baik untuk masa depan.

"Jangan selalu merasa cicilan 0 persen is a good point. Kita mengonsumsi apa yang akan ditagih di masa mendatang, tapi dipaksakan sekarang. Impactnya ketika ada apa-apa dengan uang kita,  utangnya ngga hilang tapi yang kita beli udah rusak itu sayang. Kurangi utang, kalau mau utang harus yang produktif," jelas dia.

"Jangan dipikir investasi sulit, perilaku kita dirubah. Sisihkan dulu, investasi dulu, baru belanja, belanja kurangi yang namanya cicilan," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com