Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Stabil, Pemerintah Masih Cari Asumsi Kurs Rupiah yang Tepat untuk RAPBN 2019

Kompas.com - 12/09/2018, 06:20 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memasang nilai tukar rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019 sebesar Rp 14.400. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang asumsi makro APBN 2018 sebesar Rp 13.500.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, sebenarnya dalam pembahasan dengan anggota Komisi XI soal asumsi nilai tukar rupiah sebelumnya, disepakati angka Rp 14.000. Namun, ternyata dalam beberapa bulan terahir tekanan tehadap rupiah cenderung tinggi, melebihi prediksi.

"Soal nilai tukar rupiah kami koreksi Rp 14.400. Sebab sampai 7 September, rupiah tercatat Rp 14.884 per dollar AS," kata Sri Mulyani di kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Jika dihitung rata-ratanya, sejak 1 Januari 2018 hingga 7 September 2018 rata-rata kurs rupiah Rp 13.977 per dollar AS. Oleh karena itu, pemerintah memasukkan nilai kurs di atas rentang yang disepakati sebelumnya dalam nota keuangan.

"Ini menggambarkan betapa dinamika yang kita hadapi bersama. Ini yang perlu dibahas untuk mendapatkan angka yang paling kredibel yang mencerminkan dinamika yang terjadi, namun bisa memberikan confidence bagi dasar perhitungan 2019 bagi APBN kita," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, ada beberapa kondisi perekonomian global yang masih akan mempengaruhi kurs rupiah ke depannya. Pertama, normalisasi kebijakan moneter AS di mana bank sentral terus menaikkan suku bunga acuan. Kemudian, ada pula perangan dagang AS dengan sejumlah negara mitra yang mempengaruhi perekonomian negara-negara emerging.

"Maka negara berkembang mengalami kondisi capital inflow-nya sangat menurun. Indonesia tidak terkecuali," kata Sri Mulyani.

Pada 2016-2017, current account defisit Indonesia berada di kisaran 17 mliar dollar AS. Sementara capital inflow-nya sebesar 29 miliar dollar sehingga CAD masih bisa ditutupi. Berbeda dengan kondisi 2018 di mana capital inflow tak bisa menutupi CAD karena tidak sekuar sebelumnya.

"Inilah yang kita harus mewaspadai terkait sentimen psikologi, soal faktual policy perdagangan di AS versus mitra dagang, dan mengenai kebijakan moneter AS yang cenderung suku bunganya meningkat. Itu yang akan mnentukan sentimen terhadap rupiah," kata Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com