Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Jurus Pemerintah agar Pengangguran Turun Pada 2019

Kompas.com - 12/09/2018, 07:06 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Angka pengangguran menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk diberi perhatian. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018, target pengangguran sekitar 5-5,3 persen.

Di tahun mendatang, diharapkan tingkat pengangguran turun di kisaran 4,8-5,2 persen.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, sebuah survei pada Februari 2018 menunjukkan adanya perbaikan kesempatan bekerja dengan makin terbukanya lapangan pekerjaan.

"Tahun 2018 lapangan kerja meningkat 2,5 juta dibandingkan 2017," ujar Bambang di kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Sementara itu, jumlah pengangguran turun sekitar 135.000 sehingga angka pengangguran terbuka menjadi 5,13 persen. Namun, melihat pergerakan pada Agustus 2018, ada kemungkinan tingkat pengangguran terbuka akan meningkat. Hal ini disebabkan kondisi musiman karena bukan musim panen dan dampak pelemahan rupiah.

Sementara untuk tahun depan, dengan target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, maka tingkat pengangguran terbuka diproyeksikan turun di rentang 4,8-5,2 persen. Oleh karena iitu, perlu adanya penciptaan kesempatan bekerja lebih luas lagi ke depan.

"Tahun depan itu antara 2,6 sampai 2,9 juta orang, baik di sektor formal maupun informal," kata Bambang.

Bambang mengatakan, ada beberapa langkah strategis yang didorong pemerintah untuk penciptaan kesempatan kerja.

Pertama, pentingnya mendorong investasi dan ekspor untuk menciptakan lapangan kerja. Ia berharap program-program yang dicanangkan pemerintah seperti Padat Karya dapat menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu juga dengan meningkatkan kesempatan berusaha.

Dari sisi supply-nya yakni mempercepat peningkatan keahlian tenaga kerja. Dengan demikian, kata Bambang, siapapun yang sudah mengikuti pelatihan atau pendidikan khusus dapat segera diterima di lapangan kerja.

"Terutama yang terkait dengan pengembangan pendidikan vokasi yang berbasis kompetensi," kata Bambang.

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah mengurangi hambatan di pasar kerja. Bambang mengatakan, saat ini mulai dipikirkan bagaimana caranya terjadi hubungan industrial yang harmonis antara pemberi kerja dan pekerja itu sendiri.

Terkait dengan itu, kata Bambang, maka dalam RAPBN 2019, pendidikan dan pelatihan vokasi akan menjadi salah satu prioritas utama. Pemerintah mendorong program Diklat berbasis kompetensi untuk lebih dari satu juta orang.

"Harapannya nanti akan muncul sertifikasi kompetensi untuk satu juta orang yang nantinya akan mempermudah para pencari kerja untuk bisa diterima di pemberi kerja," kata Bambang.

Pertumbuhan ekonomi ke depan diharapkan lebih inklusif sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Dilihat sejak 2011, elastisitas kesempatan kerja hanya di kisaran 350.000-780.000 per 1 persen pertumbuhan ekonomi.

"Kalau kita bisa di 2019 mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, elastisitas itu 550.000, maka tingkat pengangguran terbuka bisa turun ke 5 persen," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com