Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Dana Desa Berpotensi Dongkrak Perekonomian Nelayan Sumbawa

Kompas.com - 12/09/2018, 15:39 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

SUMBAWA, KOMPAS.com - Pada 2014 lalu, kondisi Desa Labuhan Ijuk, Kecamatan Moyohilir, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tampak memprihatinkan.

Ketika matahari mulai terbenam, di saat itulah air laut perlahan menggenangi pelataran rumah warga. Kondisi semacam itu kerap dialami seluruh warga di kampung nelayan Labuhan Ijuk.

Situasi itu berubah ketika dana desa mulai digulirkan. Sekretaris Desa Labuhan Ijuk Bustanil mengatakan, sejak diturunkan dana desa, Desa Labuhan Ijuk telah membangun infrastruktur yang selama ini diidam-idamkan warga, mulai dari jalan, talud pantai, rabat beton, dan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK).

"Setelah ada dana desa dari pusat, kami bisa menata desa kami dengan baik. Sehingga pekarangan rumah warga 90 persen sudah tidak masuk air lagi kalau air pasang. Kemudian kami juga sudah bisa menata dan mempercantik desa kami," ujar Bustanil dalam pernyataan tertulis, Rabu (12/9/2018).

Baca juga: Kenaikan Anggaran Dana Desa Bakal Genjot Pengurangan Angka Kemiskinan

Ia berharap, dana desa suatu saat nanti dapat digunakan untuk mendorong pengelolaan hasil tangkap warga, seperti halnya untuk penyediaan sarana pasca-panen.

Pasalnya, saat ini dana desa di Labuhan Ijuk masih fokus untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur.

"Kami berharap agar dana desa jangan sampai berhenti. Agar kami ke depannya bisa merasakan sedikit pembudidayaan dari olahan ikan. Karena masih banyak sekali alat nelayan dan pengolahan yang kami butuhkan di desa ini. Karena kalau lagi banjir ikan, ikan sampai kita buang-buang. Dan masih keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) juga," kata dia.

Potensi perikanan dan pariwisata belum tergarap

Menurut dia, 80 persen warga Desa Labuhan Ijuk berprofesi sebagai nelayan. Warga biasa berangkat melaut sore dan pulang pagi hari membawa hasil tangkapan. Hasil tangkapan ini kemudian langsung dijual ke pasar dan pengepul.

"Ikan di desa ini terkenal paling enak karena dijamin segar. Ikan yang ditangkap langsung dijual, tidak sampai bermalam. Kami juga tidak ada yang menggunakan bom ataupun potasium. Malah kami minta kepada pemerintah, tolong Pulau Dangar itu diamankan dari potasium dan pengeboman, karena secara turun temurun, di situlah kami mencari ikan," ujarnya.

Baca juga: Masyarakat Desa Diprediksi Bisa Lebih Sejahtera Dibandingkan Kota

Bustanil menjelaskan, potensi perikanan dan pariwisata di desanya sebenarnya bisa dikembangkan menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Sayangnya, hal itu terkendala keterbatasan fasilitas komunikasi dan internet sehingga pertukaran informasi dan promosi masih sulit dilakukan.

"Kami sulit ekspos karena sinyal tidak ada. Sinyal HP (handphone) tidak ada apalagi internet. Harus ke kota dulu baru bisa dapat sinyal. Sedangkan untuk membuat profil desa saja harus menginap beberapa hari di Sumbawa," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com