Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Kasali: Ada Gunanya Nilai Tukar Kita Melemah

Kompas.com - 12/09/2018, 21:04 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengungkapkan ada manfaat positif yang dirasakan pemerintah dan masyarakat dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Manfaat positif yang dimaksud salah satunya adalah bisa evaluasi kembali hal-hal apa saja yang rapuh dari perekonomian Indonesia sejauh ini.

"Saya lihat ada gunanya juga kita mengalami (pelemahan nilai tukar rupiah) ini. Dengan begitu, kita melihat ada peluang memperbaiki kebijakan-kebijakan yang kita lihat ternyata fragile," kata Rhenald saat ditemui Kompas.com di Jakarta Convention Center, Rabu (12/9/2018).

Hal yang dianggap fragile atau rapuh di antaranya terlalu banyak barang yang tidak perlu dan terus dibeli secara impor, termasuk dari dunia usaha. Kondisi tersebut yang dinilai rapuh telah jadi perhatian pemerintah, yakni dalam bentuk pengendalian impor barang konsumsi yang sudah diterapkan dari awal September 2018.

Baca juga: Rhenald Kasali: Saya Ilmuwan, Diajak Bicara Dollar AS Saja Tidak Berani

Kemudian, kerapuhan lain juga dalam hal porsi franchise asing, di mana mereka selama ini mendapat 35 persen dari total pendapatan yang didapat di dalam negeri. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga menyadarkan pemerintah serta seluruh pemangku kepentingan bahwa selama ini bahan pangan terlalu bergantung dari impor, bahkan untuk komoditas yang pokok.

"Pertanian kita jadi mati karena impor kita murah. Kacang dan jambu klutuk kita impor dari India, ayam mau impor dari Brasil, jagung dari Brasil dan Thailand, beras dari Vietnam dan Thailand, bawang putih dari Malaysia. Come on, negara ini mau ke mana dengan seperti itu? Saya bilang, biarkan dollar agak tinggi sedikit sehingga masyarakat mulai menanam sehingga kita makin selektif berbelanja," tutur Rhenald.

Menurut Rhenald, dalam setiap krisis, selalu ada peluang baru yang mendorong masyarakat jadi lebih kreatif. Termasuk mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang melanda Indonesia saat ini.

"Kalau hanya lihat danger-nya saja, kita akan tersesat. Kalau lihat ada opportunity-nya, kita akan lebih kreatif. Dalam setiap krisis, selalu ada energi kreatif," ujar Rhenald.

Dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah, pemerintah telah menempuh sejumlah kebijakan, di antaranya mengendalikan impor barang konsumsi, peningkatan devisa dari sektor pariwisata, hingga menunda proyek infrastruktur yang memiliki komponen impor yang tinggi.

Selain itu, Bank Indonesia selaku otoritas moneter juga mengantisipasi dampak tersebut dengan menaikkan suku bunga acuan dan melakukan intervensi ganda, baik di pasar valas dan beli SBN (Surat Berharga Negara) yang dilepas investor di pasar sekunder.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com