Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Upaya Pemerintah untuk Atasi Impor Bisa Terasa?

Kompas.com - 18/09/2018, 16:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guna mengatasi tingginya laju pertumbuhan impor sepanjang tahun ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan.

Kebijakan yang dimaksud di antaranya mengendalikan 1.147 komoditas impor barang konsumsi melalui tarif PPh Impor, program B20 dalam rangka mengurangi impor solar, serta mengkaji ulang proyek infrastruktur yang selama ini memiliki kandungan impor tinggi.

Meski sudah ada kebijakan itu, nyatanya neraca perdagangan pada Agustus 2018 masih defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan bulan Agustus defisit 1,02 miliar dollar AS, di mana sektor migas paling banyak menyumbang defisit karena impornya lebih tinggi dari ekspor.

Lantas, kapan jurus-jurus dari pemerintah tersebut mulai terasa untuk mengurangi laju pertumbuhan impor?

"Kami harapkan itu akan terasa tahun ini. Tapi, itu kan bukan kebijakan yang berdiri sendiri untuk membantu mengurangi tekanan di neraca perdagangan kita," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara usai rapat di DPR RI, Selasa (18/9/2018).

Suahasil menjelaskan, berbagai kebijakan itu sedianya sudah berjalan sejak awal September 2018, tepatnya untuk penerapan tarif PPh Impor dan program B20. Sementara tinjauan kembali (review) terhadap proyek-proyek infrastruktur sampai saat ini masih dibahas oleh pemerintah untuk memastikan mana saja yang bisa ditunda dan mana yang tetap harus dikerjakan sesuai jadwal.

Sampai akhir tahun 2018, Suahasil memperkirakan impor bisa ditekan dan memperbaiki posisi neraca perdagangan. Khusus untuk kebijakan tarif PPh Impor, harapannya dapat menekan impor barang konsumsi sebesar 1 sampai 2 persen secara keseluruhan dalam tahun ini.

"Nanti secara keseluruhan, kami harapkan defisit di neraca transaksi berjalan kita tidak terlalu besar," tutur Suahasil.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan implementasi program B20 sejak 1 September 2018 bisa menurunkan impor solar sebesar 2,2 miliar dollar AS untuk tahun ini.

Jika program itu berjalan lancar dan efektif, diprediksi bisa mengurangi impor minyak hingga 6 miliar dollar AS tahun depan yang dampaknya dapat menurunkan defisit transaksi berjaan 9 sampai 10 miliar dollar AS.

Adapun posisi neraca perdagangan memengaruhi posisi neraca transaksi berjalan yang mencakup perdagangan barang dan jasa. Indikator ekonomi yang baik salah satunya ditentukan oleh defisit transaksi berjalan yang terjaga dalam batas maksimal 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kami harapkan bisa sesuai target, sampai akhir tahun ini maksimal 3 persen. Kalau bisa, maksimal 2,5 persen atau 2 persen lebih," ujar Suahasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com