Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Ini Bebaskan Karyawan Tentukan Sendiri Gajinya

Kompas.com - 21/09/2018, 11:51 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

LONDON, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan (startup) asal London, Inggris bernama Smarkets menghadirkan inovasi dalam budaya kerja di kantor. Smarkets membebaskan para karyawan menentukan sendiri besaran gajinya.

Dikutip dari Business Insider, Jumat (21/9/2018), sistem ini didasarkan pada konsensus sosial. Informasi mengenai gaji setiap karyawan Smarkets dipublikasikan pada laman internal perusahaan.

Lalu, apa yang terjadi dengan sistem unik yang diterapkan Smarkets ini? Apakah karyawan akan semena-mena menentukan gaji mereka?

CEO Smarkets Jason Trost mengaku, awalnya banyak pro dan kontra terikait kebijakan menentukan sendiri gaji tersebut. Akan tetapi, pada akhirnya sistem tersebut berjalan dengan baik.

"Tidak sekeren kedengarannya. Ini adalah proses yang gila, namun berhasil," kata Trost.

Semuanya dimulai tiga tahun silam ketika Trost mengenalkan sistem bagi karyawan Smarkets untuk menentukan sendiri gaji mereka. Inspirasi sistem ini secara umum didasarkan pada apa yang dideskripsikan Trost sebagai upaya perusahaan untuk mencapai transparansi yang lebih besar.

"Saya rasa ini sistem yang paling adil. Ini membuat orang memiliki rasa berhak, bahwa mereka bisa lebih mengendalikan pekerjaan mereka, lebih bisa mengendalikan posisi mereka," sebut Trost.

Di Smarkets, gaji karyawan bukan hasil dari pembicaraan dengan manajemen. Sebaliknya, setiap orang menentukan seberapa besar ia ingin digaji.

Kemudian, rekan-rekan kerja akan melakukan voting untuk menentukan apakah besaran gaji yang diajukan tersebut sesuai atau tidak sesuai. Gaji setiap karyawan dipublikasikan di dalam laman internal perusahaan.

Karyawan pun dipersilakan untuk menegosiasikan ulang gaji mereka sebanyak dua kali dalam setahun. Jika karyawan meminta gaji yang lebih besar daripada rekan kerjanya,ia mungkin akan menghadapi ketidaksetujuan rekan-rekannya.

"Orang-orang meneliti apa yang Anda minta dalam pengadilan internal. Beberapa orang akan berpikir itu benar, dan beberapa orang akan mengatakan bahwa itu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Biasanya, mereka mengatakan itu terlalu tinggi. Kemudian mereka mendapat umpan balik negatif dan positif," jelas Trost.

Meskipun karyawan tidak dapat memveto gaji orang lain sepenuhnya, mereka dapat mencoba untuk memblokirnya. Sistem ini bekerja sebagian besar dari konsensus sosial, jika Anda mempermasalahkan berapa banyak orang lain dibayar, Anda harus menghadapinya secara langsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Whats New
Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Work Smart
Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Whats New
Menteri KP 'Buka-bukaan' soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Menteri KP "Buka-bukaan" soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com