Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

"Uji Kinesiologi" Buat Pangan Lokal Diminati Wisatawan Danau Batur

Kompas.com - 05/10/2018, 21:50 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com -  Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) bersama praktisi kesehatan untuk meningkatkan konsumsi dan kecintaan terhadap pangan lokal melalui uji kinesiologi, semakin ramai disosialisasikan di kalangan masyarakat terutama daerah wisata.

Salah satunya, di Danau Batur Kabupaten Bangli, Bali. Kementan menjadikan destinasi yang ramai dikunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ini menjadi tempat sosialisasi keunggulan pangan lokal terhadap stamina tubuh, Jumat (5/10/2018).

Kegiatan ini sendiri dihadiri Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi, Praktisi Kesehatan, dr. Hanson, Jajaran SKPD Kabupaten Bangli, Buleleng dan Karangasem, Dinas Pertanian Provinsi Bali, Asosiasi dan Pengelola Usaha Wisata, Tour Guide, Pelaku Usaha Pangan Lokal, Tokoh Adat dan Petani.

Dalam rilis yang Kompas.com terima, Praktisi Kesehatan, dr. Hanson menjelaskan bahwa pangan lokal seperti kopi, kedelai, kentang dan lainnya dapat meningkatkan dan mengembalikan stamina tubuh seperti stamina nenek moyang dan menampilkan inner beauty.

Untuk itu, karena pangan lokal merupakan warisan nenek moyang Indonesia maka harus disebarluaskan kepada publik, agar mereka memahami manfaatnya.

BACA JUGA: Gebrakan Kementan Agar Komoditas Pangan Lokal Berdaya Saing Global

“Lebih dari itu, uji kinesiologi tentang kehebatan pangan lokal ini juga dapat dijadikan salah satu atraksi daya tarik wisatawan asing di wilayah Gunung Batur dan Danau Batur," jelas dr. Hanson.

Kinesiologi sendiri, kata Hanson, adalah teknik untuk melihat kemampuan tubuh melalui respon otot. Dengan metode ini, tubuh mampu memilih makanan yang cocok dan baik melalui respon otot.

Lebih lanjut, Hanson menjelaskan bahwa secara ilmiah tubuh memiliki kecerdasan untuk mengenal makanan yang baik. Mengonsumsi makanan yang baik juga perlu ditunjang dengan olah dan sikap tubuh yang baik. Ini dikenal dengan Langkah Hanara (Happy, Natural, Radiant ).

“Ilmu ini digunakan praktisi kesehatan di seluruh dunia untuk menemukan hal ideal bagi kesehatan tubuh melalui tes otot. Prinsipnya sederhana. Respon uji kinesiologi pada setiap input positif akan menguat. Bila tidak, terjadi sebaliknya. Secara sederhana disebutkan bahwa tubuh tidak pernah berbohong,” bebernya.

Ia pun berharap setelah mengetahui manfaat pangan lokal masyarakat lebih mencintai panganan nusantara dan menghargai produk petani sendiri. Bandingan dengan wisatawan mancanegara yang tertarik pada pangan Indonesia, karena mereka butuh sehat dan stamina kuat.

Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi mengatakan program konsumsi pangan lokal dan cintai produk petani ini dipastikan lebih akan menjangkau banyak kalangan. Tujuannya supaya konsumsi pangan impor semakin berkurang dan produksi pangan lokal semakin bergairah.

“Minat wisatawan mengonsumsi pangan lokal akan menggairahkan petani kita memproduksi lebih banyak dan lebih bagus lagi,” ujarnya.

Kasubdit Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli, I Wayan Pagel Sujana mengatakan, Bangli memiliki pangan lokal melimpah, yakni mulai dari kopi, jeruk, beras dan lainnya. Bangli juga menjadi daerah tujuan wisatawan Asing.

BACA JUGAMengulik Inovasi Bahan Pangan Lokal di Indonesia

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com