Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

Joy Wahyudi dan "Jebakan Batman"

Kompas.com - 18/10/2018, 16:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Marah besar

Pada akhir 2017, dengan 110 juta pelanggan, Indosat mendapat penerimaan Rp 29,9 triliun atau rata-rata pelanggan menyumbang sekitaran Rp 23.000 sebulan. Namun, pada triwulan 1/2018 ARPU Indosat anjlok ke angka Rp 12.400 dan tidak berhasil meningkat kecuali hanya sampai angka Rp 14.300 pada akhir triwulan 2/2018.

Beda Indosat, beda pula XL Axiata yang pada triwulan 1/2018 pendapatannya naik dari Rp 5,2 triliun di periode yang sama pada 2017 menjadi Rp 5,58 tiriliun, dengan keuntungan Rp 15,4 miliar yang naik dari Rp 14,8 miliar. Pada triwulan kedua 2018, pendapatan XL Axiata naik tipis menjadi Rp 11 triliun, dari Rp 10,9 triliun pada tahun sebelumnya, namun menderita rugi Rp 81,7 miliar.

Baca juga: Registrasi Kartu Prabayar Membawa Korban

Penurunan ARPU Indosat tidak semata kesalahan Joy, karena operator lain mengalami hal yang sama. ARPU Telkomsel pun menurun, dari Rp 44.000 pada semester 1/2017 menjadi Rp 35.000 pada triwulan kedua 2018, kemudian hanya naik tipis menjadi Rp 36.000 pada triwulan 2/2018. Angka ARPU XL Axiata juga sempat turun dari Rp 31.000 menjadi Rp 30.000, sebelum naik menjadi Rp 34.000 pada triwulan kedua 2018.

Penurunan jumlah pelanggan dan angka ARPU Indosat yang berlanjut sejak Januari hingga Juni 2018 membuat posisi Joy tidak nyaman. Padahal, sama dengan operator papan atas lainnya, Joy sudah berusaha mendongkrak pendapatan Indosat dengan menaikkan tarif paket data freedom sebesar 4 persen, paket unlimited sampai 25 persen, dan paket Yellow antara 40 persen sampai 100 persen.

Sayangnya, kenaikan harga paket-paket ini tidak serta merta terasa dalam sistem keuangan. Terlebih lagi, program-program peningkatan layanan ke luar Jawa—Lampung, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan—tidak semanis teori, karena dana selalu terlambat. Sudah begitu, sejak beberapa waktu lalu, perusahaan induk, Ooredoo, tidak lagi mengucurkan dana ke Indosat.

Umumnya pemilik perusahaan, siapa pun akan mahal mengapresiasi kalau perusahaan mendapat laba, tetapi teguran tidak putus-putusnya—yang mungkin dibarengi sumpah serapah akibat pemilik kecewa—ketika perusahaan merugi. Bisa jadi, Joy tidak tahan yang terakhir ini, sementara kondisi naik-turun adalah wajar dalam dunia usaha.

Terlebih lagi, di sejarah PT Indosat pernah ada direktur yang mengajukan pengunduran diri sebelum waktunya akibat disumpah-serapahi para pemilik saham. Masalahnya sepele, direktur tadi membagikan bonus kepada karyawannya dan pemegang saham marah besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com