Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang dengan AS, Pasar Barang Mewah di China Tak Terlalu Terdampak

Kompas.com - 24/10/2018, 12:55 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Dampak dari perang dagang yang sedang berlangsung antara AS dan China tidak terlalu berdampak bagi konsumen papan atas di China.

Dikutip dari CNBC, Rabu (24/10/2018), salah satu konsultan dari OC & C Strategy Consultants Pascal Martin mengatakan, perang dagang memberi dampak yang tidak langsung bagi konsumen papan atas.

"Jika melihat dampak pada barang-barang mewah sangat minim karena mereka bukan bagian dari daftar produk yang terpengaruh oleh fase satu dan fase dua sanksi perdagangan yang sedang diambil oleh AS dan China," kata Martin.

AS sejauh ini telah menerapkan tarif tambahan atas barang-barang China senilai 250 miliar dollar AS yang masuk ke perbatasannya, dan China telah membalas dengan pungutan tambahan atas sekitar 110 miliar dollar AS impor dari Negeri Paman Sam tersebut.

Dalam pernyataannya, Presiden Donald Trump mengatakan dia "siap" untuk menampar tarif pada semua produk China yang diimpor ke AS, yang akan berjumlah 505 miliar dollar AS.

"Saya pikir dampaknya akan terasa ketika barang mewah dimasukkan sebagai bagian dari tahap ketiga kenaikan tarif. Namun, pada tahap ini bukan itu masalahnya, jadi dampaknya sangat minim pada titik ini," jelas Martin.

Barang mewah adalah pasar penting di China. Negara dengan perekonomian terbesar di Asia ini diperkirakan memiliki rumah tangga paling makmur di dunia pada 2021, menurut laporan China Wealth oleh McKinsey & Company yang dirilis tahun lalu.

Menurut laporan itu juga, konsumen barang mewah China mencapai lebih dari 500 miliar yuan atau 72 miliar dollar AS dalam pengeluaran tahunan, mewakili hampir sepertiga dari pasar barang mewah global.

OC & C juga mengatakan bahwa pelanggan China berkontribusi 25 persen hingga 35 persen dari penjualan barang mewah global dan sebagian besar pembelian terjadi di luar China. Namun, menyusutnya kesenjangan harga produk mewah antara China dan negara-negara lain di dunia mendorong pembelian kembali ke China dan sebagian besar pertumbuhan itu terjadi secara online.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com