Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Pastikan Acuan Data Beras Hanya dari BPS

Kompas.com - 24/10/2018, 16:09 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menegaskan data produksi beras yang dipakai sebagai acuan bersama adalah yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS baru-baru ini melakukan penyempurnaan data beras yang salah satunya mengganti metodologi penghitungan data yang lebih relevan dengan kondisi saat ini.

"Ini sudah setahun yang lalu BPS menyampaikan kepada kami, dan ini yang mau dibetulkan, (datanya) ya pakai yang itu," kata Jokowi usai menghadiri Trade Expo Indonesia 2018 di ICE BSD, Rabu (24/10/2018).

Jokowi mengungkapkan, data beras sebelumnya tidak akurat sehingga tidak bisa dijadikan acuan.

Selama tiga tahun terakhir, yakni dari 2015, BPS melakukan penyempurnaan data beras karena metode yang dipakai sebelumnya dihitung secara manual, mulai dari perkiraan luas baku sawah yang berpengaruh pada hasil penghitungan luas panen dan produksi padi.

Baca juga: Metode Penghitungan Data Produksi Beras Tak Akurat Sejak 1997

Metodologi yang digunakan BPS sekarang untuk menghimpun data beras adalah Kerangka Sampel Area (KSA). BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk mengembangkan metodologi penghitungan data beras yang terbaru.

Dalam pengumpulan datanya, peneliti terlebih dahulu melakukan pemetaan, yaitu peta rupa bumi, peta administrasi, peta lahan baku sawah, dan peta tutupan lahan. Proses membuat data beras juga dibantu oleh citra satelit dari BPPT yang dikombinasikan dengan tinjauan langsung ke lapangan.

Berdasarkan metodologi yang baru, didapati luas panen padi sebesar 9,54 juta hektare untuk periode Januari-September 2018. Sementara potensi hingga akhir tahun ini untuk luas panen sebesar 10,9 juta hektare, serta produksi padi Januari-September 2018 sebesar 49,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com