Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Bappenas, Faktor Ini Sebabkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Cenderung Stagnan

Kompas.com - 22/11/2018, 12:37 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanana Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia tak bergerak dari angka 5-5,1 persen.

Menurut dia, ada satu penyebab yang membuat pertumbuhan ekonomi stagnan yaitu masih lemahnya industrialisasi. Hal ini masih akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah ke depan.

Sebelum terjadi krisis 1998, perekonomian Indonesia bisa tumbuh di atas 7 persen. Selain adanya komoditas yang kuat yakni migas dan kayu, faktor terbesar yakni industri manufaktur yang perkasa.

"Yang sebenarnya membuat Indonesia tumbuh di atas 7 persen dan stabil, juga disebut sebagai macan Asia adalah manufaktur," ujar Bambang saat menjadi pembicara di Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Setelah krisis, manufakur mengalami kolaps. Sebab, sata itu kurs dollar AS menguat berkali-kali lipat sehingga banyak industri tidak bisa bertahan dan bangkrut.

Baca juga: Tahun Depan, Pertumbuhan Ekonomi RI 5,1 Persen?

Setelah itu, era komoditas muncul di mana batu bara dan minyak kelapa sawit menjadi primadona. China membutuhkan banyak energi dan banyak mengimpor batu bara dari Indonesia. Karena terbuai dengan dua komoditas itu, maka upaya membangun kembali manufaktur pun terbengkalai.

Di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, Bappenas menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen karena iklim global saat itu sangat bagus. Harga-harga komoditas sedang tinggi. Ditambah kebijakan moneter The Fed yang menguntungkan negara emerging sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh 6,5 persen. Saat itu, Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi ke depannya bisa mencapai 7 persen.

Namun, ternyata komoditas umurnya pendek dan harganya fluktuatif. Terutama untuk sektor natural resources yang harganya tidak stabil. Berbeda dengan manufaktur yang relatif stabil karena berdasarkan permintaan.

"Itu yang bikin proyeksi Bappenas sampai 7 persen tidak bisa tercapai. Kita belum kerjakan satu PR besar buat perekonomian Indonesia, yaitu industrialisasi. Itu yang absen dari ekonomi Indonesia," kata Bambang.

Bambang mengatakan, porsi manufaktur Indonesia saat ini sekitar 20 persen. Yang menopang pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen bukan dari manufaktur, melainkan sektor jasa seperti telekomunikasi, transportasi, dan konstruksi.

Jika kondisi manufaktur tak maju, kata Bambang, maka mustahil Indonesia menjadi negara maju pada 2045, tepat di usianya yang 100 tahun. Ia memprediksi dalam beberapa tahun ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di kisaran 5 persen.

"Kalau mau lebih tinggi, harus ada reformasi struktural, harus ke manufaktur dan jasa modern," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com