Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Membangun Ekosistem Inovasi pada Koperasi

Kompas.com - 17/12/2018, 12:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada dekade mendatang kategori koperasi besar mungkin tak lagi relevan. Sebaliknya, koperasi inovatif akan menjadi model  yang perlu dikembangkan. Yang besar-besar itu, kata Vijay Govindarajan, dalam The Three Box Solution for The Leading Innovation, justru akan mengalami success trap. Mereka lama-kelamaan mengalami kelembaman akibat telah sukses (besar). Dan hal itu ibarat tubuh kita alami obesitas karena timbunan lemak.

Ekosistem Inovasi

Peta jalan Making Indonesia 4.0  yang dirilis Kementerian Perindustrian menyebut salah satu agenda ke depan adalah membangun ekosistem inovasi. Dengan cara begitu kita bisa merespon Revolusi Industri 4.0 dengan tangkas.

Hal yang sama perlu kita kembangkan di gerakan koperasi tanah air. Ekosistem inovasi menyaratkan adanya beberapa pilar lembaga yang berkolaborasi: perguruan tinggi atau lembaga riset, dunia industri/ bisnis, pemerintah, komunitas/ lembaga swadaya dan lembaga keuangan. Jadilah kerja itu bukan satu pihak, melainkan multi pihak.

Pada konteks koperasi seluruh unsur sudah ada. Yang dibutuhkan adalah sebuah peta jalan yang menjahit berbagai pihak dengan perannya masing-masing. Laboratorium Koperasi yang dibangun di beberapa kampus bisa menjadi  leader  untuk regionalnya masing-masing; Koperasi sektor keuangan bisa menjadi penyangga keuangannya; Komunitas koperasi pada saat bersamaan kembangkan inkubator model; Dan Kementerian Koperasi harus siapkan aneka regulasi yang responsif.

Konkretnya kita butuh membangun suatu Co-operative Innovation Hub di beberapa regional di Indonesia. Pendekatan lama yang digunakan misalnya oleh Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) boleh jadi tak lagi relevan. Demikian juga induk-induk koperasi yang kehilangan kreativitas dan vitalitas, lama-lama juga akan terdisrupsi.

Hub atau simpul itu akan akseleratif bila berbasis network governance daripada hirarkis-birokratis. Inovasi butuh fleksibilitas dan juga ketangkasan. Apa-apa yang birokratis hanya akan mengkerangkeng imajinasi dan aksi.

Kemenangan-kemenangan kecil dari proses kolaboratif itu dapat dirayakan dalam Festival Inovasi Koperasi. Festival ini bisa menambah dan mengubah isi peringatan tahunan Hari Koperasi yang cenderung seremonial dan kehilangan greget.

Dalam festival itu aneka kategori inovasi dapat dipamerkan. Misalnya inovasi produk, inovasi SDM, inovasi manajerial, inovasi proses, inovasi kepemimpinan, inovasi keanggotaan, inovasi kelembagaan, inovasi teknologi dan kategori lainnya. Tujuannya untuk mengelola pengetahuan-keterampilan bersama sehingga aneka inovasi bisa saling dibagi dan dipakai oleh yang lain.

Model berbagi-pakai pengetahuan-keterampilan ini pada gilirannya akan mengakselerasi perkembangan koperasi di Indonesia. Apa yang bagus dan inovatif di koperasi satu, bisa diadaptasi di koperasi lain. Bahkan bisa kemudian kita buat suatu portal khusus untuk merekam berbagai inovasi setiap koperasi.

Pada gilirannya tiap koperasi akan temukan keunggulan komparatifnya masing-masing. Koperasi A unggul pada inovasi teknologi; Koperasi B unggul di bidang layanan keanggotaannya; Koperasi C unggul di manajemennya; Dan lain sebagainya.

Innovation Hub

Diorkestrasi oleh Laboratorium atau Komunitas/ Inkubator Koperasi, pada tahun mendatang kita bisa mulai kerjakan hal itu. Co-operative Innovation Hub per regional bisa membuat target misalnya lahir 10 buah koperasi inovatif. Dari 10 koperasi itu bisa dibagi lagi menjadi dua model: lima sustaining model atau model yang telah berjalan dan lima disruptive model atau model baru sama sekali.

Dalam kategori sustaining model itu misalnya adalah inovasi pada masalah tata kelola lembaga atau bisnis. Targetnya yakni lakukan modernisasi agar pengelolaan lebih optimal. Konkretnya seperti tata kelola koperasi berbasis online untuk membangun good co-operative governance.

Selaras dengan itu dapat dikembangkan cashless zone di area atau regional tertentu. Pola integrasi dan interkoneksi layanan antar koperasi akan menjadi daya ungkit bagi fee based services.

Sedangkan pada disruptive model, Hub bisa kembangkan model-model yang sama sekali baru di Indonesia. Sebutlah seperti model worker co-op atau koperasi pekerja, startup co-op atau koperasi startup, platform co-op atau koperasi platform, social co-op atau koperasi sosial dan community co-op atau koperasi komunitas. Pada model ini akan banyak beririsan dengan ekosistem besar ekonomi kreatif dan generasi milenial.

Sekenario di atas hanya mungkin dilakukan bila koperasi kembangkan pilar kolaborasi. Satu sama lain akan peroleh daya ungkit bila mau berbagi-pakai pengetahuan-keterampilan, teknologi dan hal-hal lainnya.

Di titik itu kita bisa belajar pada ketangkasan inovasi dalam komunitas open source.

Pengetahuan dan keterampilan akan beranak-pinak bilamana dibagi-pakaikan. Modus seperti itu juga yang tengah dikerjakan oleh berbagai komunitas kreatif di tanah air. Di era Revolusi Industri 4.0, langgam gerakan koperasi perlu berubah ke arah sana. Ya, koperasi harus shifting!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com