Persaingan bisnis seperti apa yang akan kita lihat nanti saat tak ada lagi yang namanya kejutan-kejutan pemasaran, strategi diferensiasi produk, penetrasi pasar, atau taktik bisnis apapun bila kecenderungan-kecenderungan untuk itu sudah diprediksikan secara nyaris akurat oleh sebuah mesin?
Di pasar tenaga kerja, apalah artinya melamar pekerjaan dengan resume yang aduhai bila calon employer sudah tahu siapa kita dan kecenderungan apa yang bakal kita timbulkan bila kita direkrut?
Baca juga: Pentagon Terungkap Khawatir Perkembangan Artificial Intelligence
Hal inilah yang menjadi kegundahan masyarakat di sebuah kota metropolitan di Amerika. Opsir John Anderton yang bekerja di sebuah divisi kepolisian bernama pre-crime pun merasakan hal yang sama. Teknologi di kepolisian telah berhasil meniadakan tindak kriminal apapun dalam enam tahun terakhir. Nol. Zero case!
Teknologi yang dikombinasikan dengan tiga mutan yang memiliki kemampuan meramal, disebut sebagai precog, mampu menangkap para penjahat bahkan sebelum kejahatan terjadi. Kedengaran seperti kisah imajiner, fantasi masa depan. Namun cerita tak berhenti di situ.
Dari tiga precog yang meramal, kadang ada salah satu yang ramalannya berbeda dengan dua precog yang lain. Precog ini mencoba meramalkan sebuah kemungkinan masa depan alternatif, atau kita kenal dengan situasi ‘what if’.
Celakanya, dalam ramalan tentang masa depan alternatif itu, Opsir John Anderton diramalkan akan membunuh seseorang yang bahkan ia tak kenal. Koleganya, opsir Danny Witwer ditugaskan untuk menangkap Opsir John Anderton yang segera kabur sejak dirinya masuk dalam DPO.
“Science has stolen most of our miracles…” demikian Opsir Danny Witwer menggerutu dalam perburuannya terhadap Opsir John Anderton.
Waspada, tanpa harus paranoid
Apa jadinya bila mesin-mesin AI memberikan protokol dan rekomendasi yang jauh lebih baik, lebih akurat, dan lebih masuk akal ketimbang cara konvensional yang dilakukan oleh para peramal masa depan dan para konsultan transformasi bisnis?
Kisah Opsir John Anderton di film Minority Report (2002) memberikan gambaran masa depan yang tak lama lagi mungkin menjadi kenyataan.
Kecenderungan ‘immediate minutes’ dari orang-orang sudah dipetakan oleh mesin-mesin AI yang tak semuanya memberikan satu gambaran serupa, tapi beberapa bahkan mampu memberikan kemungkinan masa depan alternatif yang berbeda.
Bila saat itu tiba, AI – kecerdasan buatan – akan menjadi seperti yang dikhawatirkan Elon Musk, bilioner pendiri Tesla dan Space-X, bahwa ekses tak terkendali AI berisiko lebih besar ketimbang ancaman Korea Utara, dan secara fundamental berisiko atas punahnya umat manusia.
Menurut hemat saya, pandangan itu terlampau jauh. Tantangan terdekat kita adalah saat mesin-mesin AI berkonspirasi untuk mencari alternatif pembelajaran, tak lagi bergantung dari input data dan informasi dari kita.
Baca juga: Di Garis Depan Industri 4.0, UMN Resmikan Lab Artificial Intelligence
Dan lagi-lagi bila saat itu tiba, para industrialis dan pengusaha lebih menyukai ‘memelihara’ puluhan GPU (graphic processing unit) yang menopang mesin-mesin AI dan algoritma logikanya ketimbang mendengarkan pertimbangan-pertimbangan moral, governance dan potensi sosial dari ribuan bisnis mereka yang mungkin kantor pusatnya ada di dunia maya.
Immediate minutes itu sudah di depan kita. Kita tak bisa menghindarinya. Dalam film Minority Report tersebut, dalam pelariannya John Anderton meminta nasihat dari Dr Irish Hineman, pencipta teknologi pre-crime, bagaimana ia bisa keluar dari ‘ramalan visual masa depan’ para pre-cog.
Tujuannya hanya satu, membersihkan namanya. “John, sometimes, in order to see light, you have to risk the dark.”
Tepat sekali, kita hanya bisa menyambut era itu, karena kita sudah dikelilingi oleh smartphone, smart office dan smarthome. Apa gunanya smart city bila kita tetap saja dumb citizen?
Dan saya pun masih sibuk mencari tahu di mana Waldo…..
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.