Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Futurism #6: Temukan Waldo! Saat Mesin AI Merekomendasikan Masa Depan

Kompas.com - 29/12/2018, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Persaingan bisnis seperti apa yang akan kita lihat nanti saat tak ada lagi yang namanya kejutan-kejutan pemasaran, strategi diferensiasi produk, penetrasi pasar, atau taktik bisnis apapun bila kecenderungan-kecenderungan untuk itu sudah diprediksikan secara nyaris akurat oleh sebuah mesin?

Di pasar tenaga kerja, apalah artinya melamar pekerjaan dengan resume yang aduhai bila calon employer sudah tahu siapa kita dan kecenderungan apa yang bakal kita timbulkan bila kita direkrut?

Baca juga: Pentagon Terungkap Khawatir Perkembangan Artificial Intelligence

Hal inilah yang menjadi kegundahan masyarakat di sebuah kota metropolitan di Amerika. Opsir John Anderton yang bekerja di sebuah divisi kepolisian bernama pre-crime pun merasakan hal yang sama. Teknologi di kepolisian telah berhasil meniadakan tindak kriminal apapun dalam enam tahun terakhir. Nol. Zero case!

Teknologi yang dikombinasikan dengan tiga mutan yang memiliki kemampuan meramal, disebut sebagai precog, mampu menangkap para penjahat bahkan sebelum kejahatan terjadi. Kedengaran seperti kisah imajiner, fantasi masa depan. Namun cerita tak berhenti di situ.

Dari tiga precog yang meramal, kadang ada salah satu yang ramalannya berbeda dengan dua precog yang lain. Precog ini mencoba meramalkan sebuah kemungkinan masa depan alternatif, atau kita kenal dengan situasi ‘what if’.

Celakanya, dalam ramalan tentang masa depan alternatif itu, Opsir John Anderton diramalkan akan membunuh seseorang yang bahkan ia tak kenal. Koleganya, opsir Danny Witwer ditugaskan untuk menangkap Opsir John Anderton yang segera kabur sejak dirinya masuk dalam DPO.

Science has stolen most of our miracles…” demikian Opsir Danny Witwer menggerutu dalam perburuannya terhadap Opsir John Anderton.

Waspada, tanpa harus paranoid

Apa jadinya bila mesin-mesin AI memberikan protokol dan rekomendasi yang jauh lebih baik, lebih akurat, dan lebih masuk akal ketimbang cara konvensional yang dilakukan oleh para peramal masa depan dan para konsultan transformasi bisnis?

Kisah Opsir John Anderton di film Minority Report (2002) memberikan gambaran masa depan yang tak lama lagi mungkin menjadi kenyataan.

Kecenderungan ‘immediate minutes’ dari orang-orang sudah dipetakan oleh mesin-mesin AI yang tak semuanya memberikan satu gambaran serupa, tapi beberapa bahkan mampu memberikan kemungkinan masa depan alternatif yang berbeda.

Bila saat itu tiba, AI – kecerdasan buatan – akan menjadi seperti yang dikhawatirkan Elon Musk, bilioner pendiri Tesla dan Space-X, bahwa ekses tak terkendali AI berisiko lebih besar ketimbang ancaman Korea Utara, dan secara fundamental berisiko atas punahnya umat manusia.

Menurut hemat saya, pandangan itu terlampau jauh. Tantangan terdekat kita adalah saat mesin-mesin AI berkonspirasi untuk mencari alternatif pembelajaran, tak lagi bergantung dari input data dan informasi dari kita.

Baca juga: Di Garis Depan Industri 4.0, UMN Resmikan Lab Artificial Intelligence

Dan lagi-lagi bila saat itu tiba, para industrialis dan pengusaha lebih menyukai ‘memelihara’ puluhan GPU (graphic processing unit) yang menopang mesin-mesin AI dan algoritma logikanya ketimbang mendengarkan pertimbangan-pertimbangan moral, governance dan potensi sosial dari ribuan bisnis mereka yang mungkin kantor pusatnya ada di dunia maya.

Immediate minutes itu sudah di depan kita. Kita tak bisa menghindarinya. Dalam film Minority Report tersebut, dalam pelariannya John Anderton meminta nasihat dari Dr Irish Hineman, pencipta teknologi pre-crime, bagaimana ia bisa keluar dari ‘ramalan visual masa depan’ para pre-cog.

Tujuannya hanya satu, membersihkan namanya. “John, sometimes, in order to see light, you have to risk the dark.

Tepat sekali, kita hanya bisa menyambut era itu, karena kita sudah dikelilingi oleh smartphone, smart office dan smarthome. Apa gunanya smart city bila kita tetap saja dumb citizen?

Dan saya pun masih sibuk mencari tahu di mana Waldo…..

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi 'Lender Institusional'

AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi "Lender Institusional"

Whats New
Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Whats New
Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com