Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur BI Optimistis Risiko Perekonomian Global Tak Setinggi 2018

Kompas.com - 04/01/2019, 17:12 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, berbagai risiko global masih membayangi perekonomian dalam negeri, meskipun tak akan sebesar yang terjadi 2018 lalu.

Salah satunya terkait kenaikan suku bunga Federal Reserve. BI memperkirakan hanya akan terjadi dua kali kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Tahun lalu, bank sentral Amerika Serikat itu menaikknya suku bunga acuanny hingga empat kali.

"Secara keseluruhan risikonya saya katakan lebih positif dibanding tahun lalu. Tahun lalu (prediksi) tiga kali dibandingkan sekarang jadi dua kali. Masih terjadi risiko, tapi kadar risiko tidak setinggi sebelumnya," jelas Perry ketika ditemui awak media di kantornya, Jumat (4/1/2019).

Sebelumnya, BI memerkirakan The Fed masih akan meningkatkan suku bunga acuan mereka sebanyak tiga kali pada 2019 ini. Sedangkan pelaku pasar ada yang memproyeksi kenaikan FFR tahun ini hanya terjadi satu kali.

Baca juga: Produk Mewah Mulai Terimbas Perlambatan Ekonomi China

Sebagai catatan, agresifnya normalisasi kebijakan moneter The Fed tahun lalu membuat BI juga harus menaikkan suku bunganya hingga 175 basis points (bps) menjadi 6 persen hingga akhir tahun.

Selain itu, BI juga mengaku masih mengamati kondisi perkembangan pasar global. Di mana pekan depan rencananya Amerika Serikat dan China akan melakukan negosiasi perdagangan. Kedua negara ekonomi raksasa dunia tersebut terlibat perang dagang dengan saling meningkatkan tarif impor ke masing-masing negara.

"Kita pantau terus nanti minggu depan bagaimana solusi dari ketegangan perdagangan, kelanjutannya itu juga tentu meredakan premi risiko di pasar keuangan global," ujar Perry.

Hal lain yang menjadi perhatian BI adalah pertumbuhan ekonomi China yang tahun ini diperkirakan melambat. BI sendiri memrediksi, pertumbuhan ekonomi China tahun ini sebesar 6,5 persen, lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar 6,6 persen.

"Jadi memang ada kecenderungan melambat di ekonomi China," ucap Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com