Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Sebut di Tahun Politik Banyak Orang Terobsesi dengan Utang dan Pajak

Kompas.com - 30/01/2019, 13:38 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati gemas dengan pihak-pihak yang kerap menyoroti utang dan rasio pajak di tahun politik. Dia mengatakan, hal tersebut membuat banyak orang bingung dan mengesampingkan fakta bahwa utang dan pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk melayani rakyat Indonesia.

"Di waktu kampanye politik, orang banyak yang bingung dengan instrumen fiskal yang kemudian lebih dipandang sebagai obyek dibanding alat itu sendiri. Mereka terobsesi dengan utang dan rasio pajak," ujar Sri Mulyani ketika memberikan paparan dalam Mandiri Investment Forum 2019 di Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, utang dan relaksasi pajak yang gencar dilakukan tahun lalu merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk merangsang perekonomian dalam negeri.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga di 5,2 persen tahun lalu di tengah gejolak perekonomian global.

Baca juga: Soal Pencetak Utang, Timses Prabowo Bandingkan Menkeu dan Penyerang Liverpool

Sebagai catatan, rasio pajak 2018 mencapai 11,5 persen dari PDB, angka tersebut lebih baik dari 2017 yang hanya 10,7 persen dari PDB.

Angka rasio pajak Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura dengan rasio pajak sebesar 14 persen, Malaysia sebesar 15,5 persen, dan Thailand sebesar 17 persen.

Penerimaan pajak 2018 yang mencapai Rp 1.315,9 triliun tak mencapai target APBN 2018 yang sebesar Rp 1.424 trilun. Realisasi penerimaan pajak 2018 hanya 92 persen atau terjadi kekurangan penerimaan (shortfall) pajak sebesar Rp 108,1 triliun tahun lalu.

Dia mengatakan, pemerintah akan terus mengelola perpajakan dalam negeri dengan kebijakan countercyclical atau mengurangi pengeluaran dan meningkatkan pajak di era pertumbuhan tinggi (boom period), dan meningkatkan penerimaan dan memangkas pajak ketika menghadapi resesi.

Baca juga: Prabowo Sebut Menkeu Mesin Pencetak Utang, Ini Komentar Kemenkeu

"Sementara dalam situasi seperti saat ini kita merangsang perekonomian agar bisa memberikan ruang untuk (pertumbuhan) ekonomi ketika pertumbuhan. Hal inilah yang disebut dengan countercyclical policy. Kita harus bisa secara terus menerus mengetatkan atau melonggarkan kebijakan, mengeloala instrumen fiskal untuk lebih sehat," ujar dia.

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan konsisten mengelola defisit anggaran di bawah 2 persen serta lebih banyak mengalokasikan anggaran untuk menekan kesenjangan dan kemiskinan.

Pemerintah juga berkomitmen untuk terus meningkatkan penerimaan pajak agar keuangan dalam negeri menjadi lebih mandiri.

Baca juga: Prabowo Mau Naikkan Tax Ratio, tapi Potong Tarif Pajak, Apakah Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com