Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolaborasi Perbankan dan Fintech Bisa Tingkatkan Literasi Keuangan

Kompas.com - 21/02/2019, 22:14 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kolaborasi antara perbankan dan financial technology (fintech) bisa memberikan kontribusi dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

Apalagi, selama ini pemerintah gencar mengkampanyekan gerakan nasional transaksi nontunai. Sehingga terbentuk less-cash society dalam transaksi.

CEO Dompet Digital Indonesia (Dana), Vincent Henry Iswaratioso menilai, penggunaan layanan fintech oleh pengguna smartphone dapat menjadi jawaban atas upaya pemerintah membangun less-cash society. Sebab, jumlah pengguna handphone di Indonesia sudah sangat banyak.

“Penetrasi smartphone di Indonesia sudah melebihi penetrasi akun bank di Indonesia. Tapi di sisi lain layanan perbankan belum merata, karena sebagian besar masih terfokus di Pulau Jawa. Kolaborasi antara perbankan dengan fintech dapat menjadi solusi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” kata Vincent di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Baca juga: Ketua OJK: Utang ke Fintech Ilegal Sama dengan Utang ke Rentenir

Menurut Vincent, perkembangan fintech saat ini berjalan selaras dengan besarnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia, yang mencapai 100 juta lebih. Karena itu, terjadi perubahan struktur keuangan yang diberikan oleh perbankan.

"Alhasil, penetrasi fintech mulai mendisrupsi industri keuangan, termasuk perbankan," ungkapnya.

Dia menjelaskan, sinergi antara perbankan dan fintech yang menyediakan infrastruktur pembayaran dan transaksi keuangan digital memungkinkan masyarakat Indonesia untuk bertransaksi secara nontunai. Karena sangat mudah, nyaman, dan terjamin keamanannya.

“Dana juga menyediakan fitur yang memungkinkan pengguna menghubungkan kartu debit dan kartu kreditnya ke dalam aplikasi. Sehingga mereka dapat bertransaksi secara nontunai dan nonkartu secara aman dan lebih efisien, tanpa terkendala batas saldo dalam aplikasi mereka," jelasnya.

"Ini adalah salah satu bukti nyata kolaborasi yang menguntungkan bagi perbankan dan fintech, serta masyarakat sebagai pengguna,” tambah dia.

Di sisi lain, Vincent menyebutkan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Laporan Profil Industri Perbankan Triwulan II-2018, menunjukkan bahwa sebaran kantor bank umum konvensional sebagian besar berada di Pulau Jawa, yakni sebesar 63,27 persen.

Kemudian menyusul Sumatera sebanyak 16,61 persen, Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) sebanyak 8,38 persen, Kalimantan sebanyak 6,48 persen, dan Bali-NTB-NTT sebesar 5,26 persen.

"Dalam catatan BI dan hasil survei PwC, disrupsi oleh fintech paling tinggi terjadi di sektor pembayaran (payment) yang mencapai 84 persen. Kemudian disusul transfer dana 68 persen, personal finance 60 persen, pinjaman personal 56 persen, tabungan 49 persen, asuransi 38 persen, dan wealth management 38 persen," paparnya.

Sinergi antara industri perbankan dan fintech, khususnya dalam sistem pembayaran dapat mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi industri perbankan dan fintech dalam menjalankan bisnis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com