Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi Berharap Dukungan Pemerintah untuk Majukan Waralaba Lokal

Kompas.com - 24/02/2019, 07:00 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis waralaba atau franchise produk lokal masih kalah dari franchise produk asing.

Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) memprediksi pertumbuhan franchise produk lokal akan stagnan, sedangkan franchise produk mancanegara tumbuh sekitar 5 persen.

Melihat kondisi ini, Ketua Kehormatan AFI, Anang Sukandar meminta pemerintah agar memperhatikan keberadaan dan nasib penggerak franchise produk. Pasalnya, selama ini pemerintah tidak pernah mengalokasi agaran di sektor ini.

"Dari dulu saya sudah bilang, mau endak mua pemerintah harus memegang peranan. Jadi, jawabannya selalu kita tidak punya butget. Kita tidak punya anggaran," kata Anang di Jakarta, Sabtu (23/2/2019).

Menurut Anang, kondisi ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan negar-negara lain. Seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia hingga Singapura yang menganggarkan dana untuk mendukung keberadaan franchise produk lokal.

Malaysia misalnya, sejak 2003 silam sudah mempunyai program untuk memajukan dan mendukung sekira 500-an franchise produk lokal. Bahkan anggarannya mencapai 500 ringit Malaysia.

"Kita bilang aja Singapura, 75 persen biaya konsutal dipikul oleh pemerintah. Kalau mereka mau keluar negeri ikut pameren itu dibiayai oleh pemerintah," katanya memberi contoh.

Meskipun demikian, Anang tak berharap banyak kepada pemerintah supaya mengucurkan dana untuk hal ini. Tetapi, sisi lain Anang menilai bisnis waralaba merupakan bagian dari ekonomi kerakyatan yang memberikan dampak perekonomian Indonesia secara umum.

"Di Indonesia, kita enggak punya anggaran. Baru belakangan ini saya lihat pak Jokowi mulai (memahami) bahwa franchise itu cocok Indonesia. Kenapa? karena di Indonesia 70-80 persen dari pelaku bisnis itu adalah usaha-usaha kecil," sebutnya.

"Sebetulanya franchise adalah ekonomi kerakyatan. Kerena ekonomi kerakyatan diselenggarakan untuk orang banyak dan untuk orang banyak," tambah Anang.

Menim dan rendahnya pertumbuhan itu tidak hanya dipengaruhi oleh persaingan dengan asing, akan tetapi karena faktor sikap yang tidak sabar oleh pelaku usaha. Bahkan tak jarang yang harus berguguran.

"Banyak industri, terutama di kuliner. Makanan dan minuman, terutama memang di kuliner banyak sekali," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com