Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamu Nyonya Meneer Minim Inovasi?

Kompas.com - 11/08/2017, 15:10 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen jamu asal Semarang yakni PT Nyonya Meneer tengah didera masalah setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang pada Kamis (3/8/2017) pekan lalu.

Banyak yang tak menyangka perusahaan jamu terkemuka yang telah berdiri sejak 1919 itu tiba-tiba terbelit masalah hingga dinyatakan pailit.

Pakar Manajemen dan juga Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mengatakan, kasus yang dialami oleh Nyonya Meneer merupakan fenomena bisnis yang dikenal dengan zombie company.

Rhenald menejelaskan, zombie company merupakan perusahaan yang sendi-sendi kehidupannya lebih dijalankan dengan menggunakan utang.

Menurutnya, Nyonya Meneer merupakan salah satu perusahaan warisan yang telah lama berdiri di Indonesia dan dijalankan dari generasi ke generasi.

Setelah meninggalnya Nyonya Meneer, sang perintis usaha jamu tersebut pada tahun 1978, terjadi konflik di antara ahli waris dari anak Nyonya Meneer yang menjalankan usaha tersebut.

Selepas itu, bisnis Nyonya Meneer kembali dilanjutkan pada generasi ketiga dan berjalan stabil.

Namun sayangnya, perusahaan ini hanya menjalankan roda bisnis yang sudah berjalan dan hanya mengandalkan kekuatan merek Nyonya Meneer tanpa melakukan inovasi dari sisi produk maupun lini produksi.

"Kemudian generasi ketiga dan sebagainya meneruskan tetapi lebih mengandalkan kepada kekuatan brand-nya atau mereknya akibatnya utang menjadi lebih banyak daripendapatan," terangnya.

Menurutnya, dengan kondisi tersebut, arus kas perusahaan menjadi tidak baik. "Pasti salah kelola jadi akibatnya dibesarkan oleh utang karena beberapa sebab," jelasnya.

Rhenald menilai, Nyonya Meneer juga kurang melakukan inovasi. Berbeda dengan produsen-produsen jamu lain yang giat menyesuaikan produk dengan minat pasar maupun tren kebutuhan masyarakat yang sudah bergeser.

"Yang lain terus berinovasi seperti di era energy drink, Nyonya Meneer tidak membuat energy drink, kemudian di era antioksidan mereka tidak berpromosi tentang antioksidan, di era televisi mereka tidak menggempur pasar dengan iklan televisi, di era online mereka juga tidak tidak merambah," ungkapnya.

Menurutnya, perkembangan teknologi yang semakin pesat dan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat juga perlu dijawab oleh pelaku usaha agar tidak ditinggal konsumen ataupun kalah bersaing dengan kompetitor.

"Industri jamu telah berkembang menjadi jamu modern seperti Mustika Ratu dan Sariayu mereka bikin produk secara modern minuman ada, pemutih kulit ada," jelasnya.

Rhenald mengatakan, banyak masyarakat maupun pelaku usaha yang menyayangkan jika Nyonya Meneer harus tumbang dan tidak lagi menjadi pemain dalam industri jamu nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

KKP Gelontorkan Rp 46,6 miliar untuk Teknologi Modern Budidaya Ikan Nila Salin

Whats New
Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Cadangan Devisa Merosot, Bos BI: Enggak Usah Insecure..

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

OJK Cabut Izin Usaha TaniFund, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Whats New
Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com