Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Pendidikan jadi Penyumbang Terbesar Inflasi September 2017

Kompas.com - 02/10/2017, 13:02 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi sebesar 0,13 persen pada September 2017.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, contohnya biaya pendidikan.

"Kelompok ini pada September 2017 menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi, yakni uang kuliah sebesar 0,04 persen, uang sekolah SD-SMA dan tarif rekreasi masing-masing sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2017).

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mencatatkan inflasi sebesar 0,34 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,06 persen.

Komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah bubur, nasi dengan lauk, mie, rokok kretek, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar inflasi sebesar 0,21 persen, dengan andil 0,05 persen.

Adapun komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah besi beton, tarif kontrak rumah, bahan bakar rumah tangga, dan upah pembantu rumah tangga masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sedangkan kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dan menyumbang inflasi September 2017 sebesar 0,03 persen.

Komoditas yang menyumbang inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,02 persen. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dan menyumbang inflasi 0,01 persen.

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi sebesar 1,03 persen dan menyumbang inflasi September 2017 sebesar 0,08 persen. Kemudian kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dan menyumbang inflasi September 2017 sebesar 0,01 persen.

"Sedangkan bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,53 persen, dengan andil deflasi 0,11 persen. Komoditas yang memberi andil deflasi atau mengalami penurunan harga, seperti bawang merah sebesar 0,04 persen, daging ayam ras dan bawang putih sebesar 0,03 persen, telor ayam ras, tomat sayur, dan cabe rawit sebesar 0,02 persen, serta bayam, kangkung, dan semangka sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto.

Komoditas yang mengalami inflasi, seperti beras sebesar 0,04 persen, cabe merah sebesar 0,03 persen, ikan segar, pepaya, dan garam sebesar 0,01 persen.

Adapun inflasi tahun kalender (Januari-September 2017) tercatat sebesar 2,66 persen, dan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) tercatat sebesar 3,72 persen. Dari 82 kota yang dipantau BPS, tercatat sebanyak 50 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi di Tual sebesar 1,59 persen dan inflasi terendah di Depok dan Mamuju sebesar 0,01 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com