Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Masih di Bawah Nilai Fundamentalnya

Kompas.com - 05/10/2017, 19:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sempat melemah hingga menembus kisaran Rp 13.500 per dollar AS. Namun, kurs rupiah saat ini mulai stabil kembali, bahkan ke depan berpeluang menguat.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution menjelaskan, nilai tukar rupiah saat ini relatif stabil sebagaimana mata uang lainnya. 

Damhuri menyebut, ke depan potensi penguatan rupiah masih terbuka. Ia menilai rupiah masih bisa menguat hingga ke kisaran Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per dollar AS.

"Saat ini (rupiah) masih undervalued dibandingkan nilai fundamentalnya, sekitar Rp 12.500 sampai Rp 13.000 per dollar AS," kata Damhuri dalam seminar Economic and Banking Outlook di Jakarta, Kamis (5/10/2017).

Menurut Damhuri, ada sejumlah faktor yang bisa mendorong penguatan rupiah lebih lanjut. Pertama, kebijakan moneter yang longgar di beberapa negara maju berpotensi meningkatkan arus modal masuk (capital inflow) ke Indonesia.

Di samping itu, defisit transaksi berjalan Indonesia cenderung terkendali, yang hingga akhir tahun diprediksi mencapai 1,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini bisa berpotensi mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah.

Selain itu, peningkatan pada pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh peningkatan kinerja emiten di bursa saham. Hingga akhir tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi berkisar antara 5,1 hingga 5,4 persen.

"Status investment grade (layak investasi) dari S&P dan perbaikan investasi berpotensi meningkatkan inflow ke pasar modal maupun FDI (investasi asing langsung)," ujar Damhuri.

Faktor lainnya adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin kredibel. Namun demikian, perlu diingat pula bahwa kurs rupiah juga sangat rentan terhadap beberapa kondisi.

Kebijakan bank sentral AS misalnya pengurangan balance sheet atau neraca bank sentral AS Federal Reserve dapat berpengaruh pada pergerakan kurs rupiah.

Selain itu, isu kondisi ekonomi yang lebih buruk, misalnya kemungkinan terjadi krisis keuangan global dan peningkatan gejolak geopolitik termasuk di Semenanjung Korea juga bisa menimbulkan volatilitas kurs.

"Rencana perubahan kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan luar negeri di AS, renegosiasi hubungan ekonomi Inggris dan Uni Eropa, dan geopolitik yang memanas dapat menimbulkan volatilitas," ungkap Damhuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com