Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Desa: Program Prukades akan Turunkan Angka Kemiskinan di NTT

Kompas.com - 19/01/2018, 20:22 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

WAINGAPU, KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo menyatakan program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) jika dijalankan dengan baik, akan bisa menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Karena itu kata Eko, pihaknya telah menawarkan program itu sebagai satu model untuk pembangunan ekonomi di daerah. Sehingga harus ada kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.

"Salah satu model Prukades ini kami kaitkan dengan program transmigrasi. Kolaborasi penting dilakukan," kata Eko, saat berkunjung ke perkebunan tebu dan kawasan transmigrasi di Melolo, Waingapu, Sumba Timur (19/1/2018).

Dengan adanya kolaborasi ini lanjut Eko, diharapkan penurunan angka kemiskinan dan pengentasan daerah tertinggal di Sumba Timur bisa teratasi.

Terkait dengan adanya stigma bahwa Sumba kurang baik untuk pertanian, menurut Eko hal itu bisa diselesaikan jika ada pemanfaatan teknologi, kemauan dan kolaborasi bersama.

"Ini akan mempercepat pengurangan kemiskinan. Saya yakin kurang dari 3 tahun tidak ada lagi orang miskin dan desa-desa tertinggal di Sumba Timur kalau program ini berjalan terus. Ada tebu, sisal, castor, harusnya dengan model ini tidak ada masyarakat yang tidak bekerja," ucapnya.

Salah satu perusahaan yang telah menjalin kerja sama di kawasan transmigrasi Melola yaitu PT Muria Sumba Manis (PT MSM). Perusahaan ini telah mendapatkan izin dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Sumba Timur untuk mengembangkan usaha komoditas tebu di lokasi seluas 52.000 hektar.

Selain itu, adanya kerjasama dengan PT Mergo Agro Abadi (PT MAA) yang mengembangkan perkebunan dan industri tanaman sisal (Agave sisalana) di lahan seluas 5.500 hektar.

"Dari PT MSM sekitar 20.000 hektar dan PT MAA sekitar 600 hektar, bisa menciptakan lapangan kerja bagi kurang lebih 26.000 orang. Hal ini bisa mengangkat masyarakat miskin di Sumba Timur dan menjadi sentra-sentra ekonomi khusus sehingga bisa menarik masyarat miskin dari kabupaten atau daerah sekitarnya," tuturnya.

Sementara itu Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, mengaku, pemerintah daerah tidak akan mampu secara mandiri bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa melibatkan peran swasta.

"Melihat lokasi perkebunan tebu dan perkebunan tanaman sisal, perkembangan ini turut membantu Pemda untuk menyerap tenaga kerja. PT MSM sudah serap hampir 2.000 tenaga kerja. 600 hektar lahan sudah diolah," katanya.

Ia menambahkan, kerjasama yang dilakukan pihak swasta dengan pemda dan pusat, dengan HPL transmigrasi menjadi bagian dari plasma milik masyarakat yang bisa dikerjasamakan.

Di tempat yang sama, juru bicara PT MSM Rafael menyebutkan, perusahaan, pemerintah dan masyarakat bisa duduk bersama untuk tujuan bersama yaitu kesejahteraan masyarakat.

"Kami akan persiapkan untuk lahan plasma di bulan Februari ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com