Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Negara-negara Asia Timur dan Pasifik Perlu Ketatkan kebijakan Ekonomi

Kompas.com - 12/04/2018, 12:48 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - World Bank Group menilai prospek pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun 2018 masih tetap kuat.

Namun, ada risiko yang perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan penerapan kebijakan di negara terkait.

"Dibutuhkan langkah meredam kemungkinan dampak pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di negara maju sekaligus meningkatkan prospek pertumbuhan jangka panjang dalam menghadapi ketidakpastian kebijakan, terutama terkait perdagangan global," kata Kepala Ekonom World Bank untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty, kepada pewarta di kantor World Bank Indonesia, gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (12/4/2018).

Shetty menjelaskan, negara-negara di kawasan tersebut perlu mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter dan memperkuat peraturan makroprudensial.

Hal ini dinilai penting, terutama bagi negara dengan tingkat utang yang tinggi atau pertumbuhan kredit yang cepat karena ada risiko kerentanan pada sektor keuangan apabila suku bunga di negara maju dinaikkan.

Shetty juga memberi catatan agar negara tersebut dapat mencari cara meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.

Cara yang dimaksud dapat bertujuan untuk meningkatkan belanja publik dan penyediaan infrastruktur, memperdalam integrasi dan perbaikan fasilitas perdagangan, reformasi untuk meningkatkan daya saing, hingga membangun sumber daya manusia.

"Dengan berlanjutnya ancaman terhadap sistem perdagangan global, negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik bisa memperdalam integrasi dan fasilitasi perdagangannya melalui mekanisme seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN, Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership, dan Belt and Road Initiative," tutur Shetty.

Mekanisme semacam itu dipandang penting oleh Shetty karena negara berkembang dapat menyesuaikan strategi pembangunan yang berbasis manufaktur.

Sekaligus dalam rangka menghadapi tantangan Industry 4.0, dengan perkembangan teknologi dan otomatisasi yang berdampak salah satunya pada jumlah tenaga kerja.

Hal lain yang tak kalah penting adalah usulan untuk meningkatkan daya saing berbasis pendidikan, penguatan bantuan sosial dan program asuransi. Bila hal-hal tersebut diterapkan, negara berkembang diyakini dapat bertahan terhadap guncangan sistemik dari sistem perekonomian global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com