Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Efektif, Pemberian Kredit Pendidikan Memerlukan Ini

Kompas.com - 12/04/2018, 17:37 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa bank pelat merah seperti BRI, BNI, dan BTN membuka fasilitas kredit pendidikan setelah Presiden Joko Widodo meminta perbankan agar memberikan pembiayaan kepada para warga yang meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.

Setiap bank yang menyediakan fasilitas kredit pendidikan ini memiliki syarat dan regulasinya masing-masing. Misalnya saja, BTN, berikan kredit kepada mahasiswa dengan plafon Rp 200 juta, dari jenjang S1 hingga S3 dengan bunga flat 6,5 persen selama 5 tahun.

Pengamat ekonomi sekaligus dosen di UGM Didi Achyari menyatakan, agar kredit pendidikan ini berjalan efektif, diperlukan kehati-hatian dalam menentukan pangsa pasar dari jenis kredit ini.

"Sebenarnya, dalam Undang-Undang Pendidikan Tinggi No 12 th 2012 khususnya pasal 76 sudah mengatur untuk pemerintah memberikan kredit pendidikan kepada mahasiswa yang tidak mampu," ujar dia.

"Jadi dasar hukumnya sudah ada," tambahnya.

Baca juga: Menristekdikti Harapkan Bunga Kredit Pendidikan 0 Persen

Namun kenyataannya, tidak semua orang tua mahasiswa atau mahasiswa yang masuk dalam kategori mampu pun, dapat memberikan pendidikan yang layak, ujar Didi lebih lanjut. Mahasiswa tidak mampu sebenarnya sudah mendapatkan fasilitas berupa beasiswa bidik misi yang didapatkan dari pemerintah. Hal ini mempersempit pangsa pasar dari kredit pendidikan.

Menurut Didi, pangsa pasar untuk kredit pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa golongan.

"Ada orang tua mahasiswa yang memiliki latar belakang ekonomi mampu, dalam konteks penghasilan punya, tapi anak banyak, jadi untuk menguliahkan anaknya di fakultas tertentu, seperti di fakultas kedokteran misalnya, dia tidak mampu," kata dia.

Ketika mereka yang berasal dari golongan ini mendaftar bidik misi, syaratnya tidak terpenuhi. Sehingga kredit pendidikan dapat menjadi solusi.

Baca juga: Beasiswa Pendidikan Tinggi Dapat Tingkatkan Kualitas SDM RI

Untuk golongan kedua adalah mahasiswa yang awalnya mungkin mampu, tetapi kemudian di tengah jalan terjadi musibah dan tiba-tiba harus menghentikan kuliah.

Golongan terakhir, adalah orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.

"Tentu saja, mereka yang masuk dalam golongan ini tergolong mampu, tetapi mereka juga butuh untuk mempertimbangkan pengeluaran-pengeluaran lain," sebut Didi.

Dengan membagi pangsa penerima kredit pendidikan menjadi beberapa golongan seperti ini, pihak penyedia layanan kredit pendidikan dapat memilih siapa yang pantas untuk dikenai bunga dan berapa persen bunga yang dapat diberikan.

Terkait keinginan pemerintah agar bunga kredit pendidikan dapat menyentuh angka 0 persen, Didi mengatakan, pemerintah yang seharusnya menyediakan dana untuk disalurkan melalui perbankan. Meskipun jika melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, hal itu sedikit sulit.

"Bank ini kan sumber dananya dari bunga, kalau tidak ada bunga ya sistem perbankan tidak akan berjalan," ucap Didi.

Kompas TV Student loan menurut presiden adalah bentuk inovasi yang bisa dijajaki perbankan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com