Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Mendung yang Menggelayuti Ekonomi Dunia Semakin Gelap

Kompas.com - 12/06/2018, 14:52 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

BERLIN, KOMPAS.com - Managing Director IMF Christine Lagarde mengatakan risiko terhadap perekonomian global semakin meningkat seiring dengan semakin banyak negara industri yang mempertajam kemungkinan terjadinya perang dagang.

"Mendung yang menggelayuti kondisi perekonomian global yang sudah ditandai sejak 6 bulan lalu kian gelap," ujarnya dalam sebuah wawancara televisi di Berlin, Senin (11/6/2018) waktu setempat.

Pernyataan Lagarde merupakan tanggapan atas ricuhnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang berjalan dua hari, ditandai dengan tindakan mengejutkan Presiden Donald Trump yang tidak mendukung negara-negara sepersekutuan AS.

 

Selepas pihaknya meninggalkan KTT lebih awal, Trump menyatakan melalui akun Twitternya, AS menarik dukungannya dalam pernyataan bersama, sekaligus menuduh tuan rumah, Perdana Menteri Kanada sebagai sosok yang lemah dan tidak jujur.

(Baca: Demi Bertolak ke Singapura, Trump Tinggalkan KTT G7 Lebih Awal)

Berbagai lobi yang dilakukan oleh negara anggota G7 lain agar AS membalikkan kebijakan tarif untuk impor baja dan alumunium tidak berjalan lancar.

Bahkan, Trump menantang para pemimpin negara yang hadir untuk menghapuskan semua hambatan perdagangan, tarif, dan subsisdi, sekaligus mengancam akan berhenti melakukan perdagangan dengan negara-negara terkait.

Jerman dan Prancis yang juga bagian dari G7 mengkritisi sikap Trump yang menarik dukungannya, lalu bergabung dengan Inggris untuk memperkuat jaringan perdagangan mereka.

(Baca: Kebijakan Tarif Impor Baja Trump Tuai Beragam Kritik)

Kekhawatiran Lagarde ini juga diikuti oleh General Director World Trade Organization Roberto Azevedo yang mengatakan perselisihan dalam perdagangan menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap perekonomian dunia.

"Meningkatnya ketegangan perdagangan yang saat ini kita lihat, akan menimpulkan risiko yang cukup besar terhadap perekonomian, mengancam pertumbuhan perdagangan yang semakin membaik selepas krisis finansial," ujar Azevedo dalam pertemuan di Berlin, dikutip melalui Bloomberg.

Donald Trump menyantap makanan dari McDonalds. Dok. Independent.co.uk Donald Trump menyantap makanan dari McDonalds.

"Kita harus menghentikan ketegangan ini. Proses saling balas tidak akan membantu. Tidak akan membantu siapapun," imbuhnya.

Legarde yang juga menyambangi KTT di Quebec, Canada tidak menyebutkan Trump dalam pernyataannya.

Peringatan yang dia berikan terkait proteksionisme semakin mengerucut beberapa minggu belakangan, seiring dengan semakin banyaknya kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Trump, termasuk kepada China.

Baca: Trump Bakal Kenakan Tarif Impor untuk Banyak Produk China

Sebelumnya, IMF menargetkan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,9 persen untuk tahun ini dan tahun berikutnya. Namun, dengan kondisi perdagangan global seperti saat ini membuat pesimis.

Prediksi pertumbuhan ekonomi akan semakin rendah, seiring dengan banyaknya bank sentral yang meningkatkan suku bunga, stimulus fiskal Amerika yang dihilangkan, dan pertumbuhan Ekonomi China yang semakin lemah secara bertahap.

IMF pun memrediksi, goncangan terhadap perekonomian global masih akan berlanjut hingga 2 tahun ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com