Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Tarif Impor, Harley Davidson akan Pindahkan Basis Produksi dari AS

Kompas.com - 26/06/2018, 08:40 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Untuk menghindari peningkatan tarif impor yang akan meningkatkan ongkos produksi perusahaan hingga 100 juta dollar AS per tahun, Harley Davidson berencana untuk memindahkan basis produksi mereka dari AS untuk melindungi permintaan konsumen Uni Eropa.

Pada perdagangan Senin, (25/6/2018), saham Harley anjlok hingga 7 persen, dan analis memrediksi laba perusahaan akan terpangkas seiring dengan proses adaptasi Harley terhadap penerapan bea impor sebesar 25 persen untuk Uni Eropa yang mulai diberlakukan pada 22 Juni 2018 lalu.

Padahal, Presiden Donald Trump sebelumnya sempat mengatakan, Harley merupakan salah satu perusahaan yang akan diuntungkan oleh kebijakan tarifnya.

Namun, pihak Harley mengatakan pada akhir April lalu, penerapan tarif baja oleh Trump dapat meningkatkan biaya produksi tambahan sebesar 15 hingga 20 juta dollar AS di tahun 2018 ini. Angka tersebut belum termasuk peningkatan biaya bahan mentah lainnya yang terjadi pada awal tahun.

Baca juga: Indonesia Hati-Hati Sikapi Perang Dagang AS-China

Di sisi lain, Uni Eropa pun kemudian merespon kebijakan Trump tersebut dengan menerapkan tarif sebesar 25 persen untuk beberapa produk AS termasuk produsen motor besar, Harley Davidson.

Pada Senin, (25/6/2018), Harley mengatakan tindakan pembalasan tarif oleh Uni Eropa akan menambah biaya hingga 2.200 dollar AS per motor yang akan diekspor dari AS ke Uni Eropa.

Dalam catatannya, perusahaan menambahkan, pemberlakuan tarif akan menambahkan biaya tambahan sebesar 30 hingga 40 juga dollar AS pada sisa tahun 2018 ini.

"Harley Davidson meyakini peningkatan biaya yang luar biasa, jika diteruskan kepada dealer dan konsumen ritel akan memberikan dampak yang merugikan terhadap jalannya bisnis di kawasan tersebut," ujar perusahaan melalui keterangan tertulisnya.

Dikutip melalui CNBC, untuk menutupi merosotnya permintaan dari pasar AS, Harley telah menargetkan untuk meningkatkan penjualan luar negeri tahunan mereka hingga 50 persen, dari yang sebelumnya 43 persen.

Sebelumnya, pada Januari lalu, Harley juga telah mengumumkan tutupnya pabrik di Kansas sebagai salah satu rencana konsolidasi paska jatuhnya jumlah pengiriman sepeda motor mereka pada tahun 2017 lalu.

Jumlah sepeda motor yang terjual di pasar Uni Eropa pada tahun tersebut sebesar 40.000 sepeda motor baru, atau lebih dari 16 persen penjualan perusahaan. Pendapatan dari penjualan sepeda motor di negara-negara Uni Eropa berada pada peringkat kedua setelah Amerika Serikat.

Perusahaan motor besar ini mengatakan, peningkatan produksi di pabrik internasional luar negeri akan membutuhkan investasi tambahan serta dapat memakan waktu setidaknya 9 hingga 18 bulan.

Selain itu, Harley juga akan memberikan rincian dampak keuangan akibat tarif balasan yang diberlakukan UE pada tanggal 24 Juli 2018 mendatang.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com