Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Gejolak Perekonomian Global Tekan Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 03/07/2018, 08:41 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA,  KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan salah satu dampak dari gejolak perekonomian global adalah tekanan terhadap sejumlah indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Pemerintah untuk tahun ini menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4 persen.

Namun, sejumlah lembaga internasional yang memberikan prediksi justru mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5,2 sampai 5,3 persen.

"Gejolak ini memang dampaknya akan membuat beberapa indikator mengalami pergerakan yang bisa menimbulkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Sri Mulyani usai rapat dengan Komisi XI DPR RI, Senin (2/7/2018).

Baca juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 2019, Sinyal Ekonomi Indonesia Membaik

Gejolak global yang dimaksud tidak lepas dari normalisasi kebijakan ekonomi di Amerika Serikat.

Selain itu, ketegangan perdagangan global, di mana bukan lagi antara AS dengan RRT saja, melainkan melibatkan negara lain juga.

Situasi yang diselimuti ketidakpastian ini membuat Indonesia perlu mengambil langkah antisipasi yang sifatnya jangka panjang.

Sri Mulyani menyebutnya sebagai main panjang atau fokus pada kebijakan yang bukan hanya untuk dirasakan satu dua hari atau hitungan minggu maupun bulan, melainkan untuk seterusnya.

Baca juga: Imbas Perang Dagang, Harley Davidson Tercekik Tarif Impor di Eropa

"Tidak bisa dengan satu policy yang sifatnya seminggu. Oleh karena itu, saya sampaikan, dari sisi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil, kami lakukan bauran kebijakan untuk saling mengisi," tutur Sri Mulyani.

Salah satu wujud bauran kebijakan adalah ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Days Repo Rate 50 basis poin menjadi 5,25 persen kemudian sekaligus melakukan relaksasi dari sisi kebijakan untuk kreditnya.

Sementara BI melakukan hal tersebut, Kementerian Keuangan dalam hal fiskalnya memberi berbagai bentuk insentif pajak untuk menggenjot investasi.

Sri Mulyani berharap, melalui bauran kebijakan yang dilakukan bersama kementerian/lembaga terkait, dampak negatif dari dinamika perekonomian dunia bisa diredam.

Baca juga: BI Memutuskan Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Basis Poin

 

Bahkan, diharapkan juga sambil menyesuaikan dengan perubahan global, Indonesia tetap bisa memacu pertumbuhan ekonominya melalui investasi dan laju ekspor yang didorong untuk terus bertumbuh.

"Dengan demikian, kami bisa melakukan adjustment terhadap shock ini namun dampak dalam negerinya diminimalkan. Itu yang terus kami lakukan dan review berulang, karena dinamikanya terjadi terus karena yang melakukan policy dari luar dan tidak dalam kontrol kami," ujar Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Whats New
Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Whats New
Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Whats New
Investasi Reksadana adalah Apa? Ini Pengertian dan Jenisnya

Investasi Reksadana adalah Apa? Ini Pengertian dan Jenisnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com