Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Susu, Harapan Kementan untuk Tekan Impor Susu

Kompas.com - 09/07/2018, 20:02 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rangka mengurangi impor susu segar, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Industri Pengolahan Susu (IPS) bermitra dengan peternak sapi perah lokal. Salah satu programnya adalah membangun desa susu

Selain membangun desa susu atau milk village, kemitraan tersebut juga dijalin dengan fokus pada peningkatan kemampuan peternak atau capacity building dan pelatihan peternak susu lokal.

Program kemitraan ini mulai dijalankan oleh IPS dan importir setelah diamanatkan dalam Peraturan Kementerian Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2017 tentang Peredaran Susu.

"Kalau dari IPS, tentu utamanya adalah penyerapan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN). Kemitraan lainnya yang paling banyak diajukan dalam proposal adalah peningkatan capacity building dan training ke peternak lokal untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani, dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/7/2018).

Baca juga: Kementan-FAO Tingkatkan Kerja Sama Bidang Pertanian

Adapun peningkatan capacity building tersebut berkaitan dengan peningkatan sarana dan prasarana bagi peternak sapi perah lokal.

Dalam pedoman teknis Permentan 26/2017, kemitraan ini lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas susu agar sesuai standar industri.

Sarana dan prasarana tersebut pun dapat berupa pembangunan kandang, instalasi air bersih, milk collecting point (MCP), cooling unit, transfer tank, dan sarana lainnya.

Tak hanya itu, ada beberapa IPS yang tengah dan sudah mempersiapkan pembangunan desa susu sebagai upaya melakukan kemitraan dalam skala besar di beberapa daerah.

"Di Yogyakarta misalnya, ada upaya membuat Sleman menjadi kota susu. Kemitraan desa susunya dijalankan oleh Sari Husada dengan beberapa kelompok peternak. Mereka juga sudah punya roadmap bagaimana produksi susu peternak lokal bisa meningkat di sana," imbuh Fini.

Di sisi lain, importir yang juga diwajibkan melakukan kemitraan, kebanyakan memilih untuk menjalankan program promosi minum susu ke sekolah-sekolah.

Namun demikian, ada beberapa importir yang siap menjalankan kemitraan dengan memberikan sapi berkualitas kepada peternak lokal.

Baca juga: FAO Apresiasi Kinerja Kementan Memajukan Industri Pertanian

"Ada yang bekerjasama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Batu Raden. Belum banyak memang, baru sekitar dua perusahaan, tetapi kami terus evaluasi juga proposal dari importir supaya punya dampak langsung bagi peternak sapi perah lokal," katanya.

Fini menambahkan, Kementan sendiri telah menerima total 36 proposal kemitraan dengan peternak sapi perah lokal dari 44 IPS dan importir pada awal April 2018 lalu.

"Terkait kemitraan dan kewajiban menyerap SSDN ini juga merupakan upaya Kementan mencapai target produksi SSDN sebesar 40 persen dari kebutuhan susu nasional pada 2020," tandas Fini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com