Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahana: Ekonomi Indonesia Masih Janjikan "Return" yang Baik

Kompas.com - 25/07/2018, 13:56 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten mulai mengumumkan kinerjanya sepanjang paruh pertama 2018. Hal ini bisa menjadi tenaga bagi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Di sisi lain, sentimen negatif dari global diperkirakan akan membatasi kenaikan indeks dalam pekan ini. Pembalikan modal dari sejumlah negara Asia seperti India, Malaysia, Filipina, Indonesia dan negara lainnya, masih terjadi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. 

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menuturkan, dana asing dari pasar keuangan membuat indeks dan sejumlah mata uang Asia tertekan, termasuk Indonesia. Sejak Februari 2018, indeks telah tertekan sebesar 14,3 persen dan Rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 5,6 persen.

Meski masih tertekan, secara fundamental perekonomian Indonesia tidaklah buruk dan masih menjanjikan return yang lebih baik dibandingkan negara lain.

Tingkat konsumsi masyarakat yang cukup kuat membuat neraca perdagangan Indonesia tidak seburuk proyeksi para investor. Kekhawatiran investor pada Juni lalu justru neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus tertinggi sejak September 2017.

"Faktor domestik memperlihatkan trend membaik yang tercermin pada angka penjualan retail yang meningkat bukan hanya karena faktor musiman puasa dan Lebaran semata," jelas Wafi dalam keterangan resminya, Rabu (25/7/2018).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 1,74 miliar dollar AS.

Surplus neraca perdagangan ini memberi ruang bagi kebijakan moneter untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-days reserve repo tetap dilevel 5,25 persen dalam rapat Dewan Gubernur minggu lalu (19/7/2018), setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga total sebesar 100 basis point (bps) sejak April 2018 untuk menjaga volatilitas nilai tukar.

''Valuasi saham-saham kita sudah berada dilevel terendah, kalau melihat rasio harga saham terhadap pendapatan emiten pada umumnya, saat ini sudah berada dilevel terendah dalam 10 tahun terakhir,'' lanjut Wafi.

Wafi juga menjelaskan bahwa BI masih konsisten akan mengambil kebijakan menaikkan suku bila diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Investor seharusnya bisa melihat hal ini sebagai peluang untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Rekomendasi Saham

Mempertimbangkan perkembangan global serta domestik, Bahana Sekuritas merekomendasikan membeli saham Bank Mandiri (BMRI) dengan target harga Rp 9.500 per lembar saham dan saham Bank Central Asia (BBCA) dengan target harga Rp 27.600 per lembar saham karena valuasi kedua saham bank ini cukup atraktif.

Seiring dengan semakin kuatnya konsumsi domestik, kinerja Ramayana Lestari Sentosa (RALS), Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Erajaya Swasembada (ERAA) akan diuntungkan. Bahana menargetkan harga RALS sebesar Rp 1.570 per lembar saham seiring dengan transformasi bisnis yang dilakukan oleh manajemen dalam setahun terakhir.

Target harga INDF dipatok sebesar Rp 8.600 per lembar saham, sejalan dengan menguatnya permintaan atas barang konsumsi bergerak cepat atau fast moving consumer goods (FMCG).

ERAA dipatok dengan target harga sebesar Rp 4.000 dengan prospek margin yang semakin baik, ditopang oleh penjualan Samsung dan IPhone keluaran terbaru serta Xiaomi yang masih menjadi incaran masyarakat kelas menengah bawah.

Astra International (ASII) dengan target harga Rp 7.800 juga memiliki prospek positif karena mayoritas unit bisnisnya mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu penyumbangnya adalah United Tractor (UNTR) dengan target harga Rp 41.100 per lembar saham, yang ditopang oleh penjualan alat berat serta prospek industri pertambangan yang semakin baik dengan stabilnya harga komoditas global.

HM Sampoerna (HMSP) juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp 4.400 dengan market share terbesar di industri rokok dan rata-rata harga penjualan rokok masih sesuai dengan daya beli masyarakat, margin HMSP diperkirakan lebih baik dibanding produsen rokok lainnya.

XL Axiata (EXCL) dengan target harga Rp 4.000 per lembar saham, juga cukup menjanjikan karena valuasi harga sudah berada di level terendah dibanding emiten telekomunikasi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com