Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Impor Tekstil dari China, Produsen Minta Pemerintah "Tutup Keran"

Kompas.com - 28/07/2018, 14:52 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk China mendominasi impor tekstil di Indonesia. Hal ini merupakan imbas dinamika perdagangan dunia.

Hambatan dagang yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) membuat China kelebihan kapasitas. Dengan demikian, China menurunkan harganya secara ekstrim dan membanjiri negara lain, termasuk Indonesia, dengan produk tekstil mereka.

Selain kelebihan kapasitas, ekspor besar-besaran China dikarenakan oleh Yuan sedang melemah. Dengan melalukan ekspor, ekonomi China tetap bertumbuh.

Head of Corporate Communication PT Asia Pacific Fibers Tbk Prama Yudha Amdan mengatakan, hal ini berimbas pada produk dalam negeri yang tertimbun tekstil dari China.

Baca juga: Pelaku Industri Tekstil Harap Ada Pusat Logistik Khusus Benang dan Kain

"Peringatan ini sudah terbaca oleh sejumlah negara di dunia dan mempersiapkan diri dengan instrumen dagang guna melindungi industrinya masing-masing. Indonesia harus bersikap," ujar Yudha melalui keterangan tertulis, Sabtu (28/7/2018).

Yudha meminta pemerintah tegas menggunakan instrumen dagang yang sah untuk mengamankan dalam negeri dari ancaman perang dagang.

Instrumen seperti bea masuk antidumping atau safeguard sangat relevan untuk menjaga ketahanan industri.

Ia menambahkan, dumping yang dilakukan China merupakan suatu kecurangan sehingga pemerintah berhak memberlakukan bea masuk antidumping kepada negara nakal demi menjaga kedaulatan..

Saat ini, sektor bahan baku benang dan serat polyester Indonesia masih pada posisi net exporter.

Baca juga: Terbongkar, Perusahaan Tekstil yang Selewengkan Fasilitas di Kawasan Berikat

"Artinya, kita masih dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan kapasitas yang ada, bahkan berlebih karena bisa melakukan ekspor," kata Yudha.

Selain itu, fluktuasi harga ini sifatnya jangka pendek sehingga terlalu berisiko jika secara permisif membuka keran impor karena akan merusak tatanan industri lokal yang butuh waktu lama untuk memperbaikinya.

Yudha mengatakan, yang perlu dilalukan pemerintah ke depannya adalah meningkatkan ketahanan manufaktor lokal dan memperbaiki daya saing. Orientasi ekspor harus berbasis pada penguatan rantai Integrasi industri dari hulu ke hilir.

"Pemerintah sedapatnya memprioritaskan produk dalam negeri terlebih dahulu dibanding mengjzinkan impor lroduk yang persis sama," kata Yudha.

Dengan dua langkah tersebut, Yudha meyakini upaya revitalisasi industri tekstil dapat direalisasikan

Kompas TV Berikut wawancara Jurnalis KompasTV My Sister Tarigan dengan Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com