Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ini Agak Mengejutkan, karena Biasanya Pertamina Selalu Kalah..."

Kompas.com - 02/08/2018, 18:04 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) telah dipilih pemerintah untuk mengelola Blok Rokan di Riau mulai dari 2021 hingga 2041. Hal itu dipastikan menjadi tantangan bagi Pertamina untuk membuktikan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu mengelola lapangan migas terbesar di Tanah Air tersebut.

Blok Rokan sebelumnya dikelola oleh PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) sejak 2011 silam dan kontraknya berakhir pada 2021. Tak ayal perusahaan migas asing tersebut ingin memperpanjang kontrak tersebut ke pemerintah.

Namun, setelah melalui proses cukup panjang, Chevron harus mengakui keunggulan penawaran Pertamina kepada pemerintah untuk mengelola Blok Rokan.

"Ya saya kira pertama ini agak mengejutkan ya karena biasanya Pertamina selalu kalah dalam bidding melawan perusahaan migas asing seperti Chevron atau sebelumnya Exxon di Blok Sepuhan kalah juga," kata Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi kepada Kompas.com, Kamis (2/8/2018).

Baca juga: Ini Rencana Pertamina Saat Ambil Alih Blok Rokan

Oleh sebab itu, Fahmy menyatakan bahwa pengelolaan Blok Rokan bakal menjadi tantangan bagi Pertamina untuk membuktikan bahwa mereka layak atas kemenangan melawan Chevron tersebut.

"Nah ini jadi tantangan bagi Pertamina untuk membuktikan bahwa itu ada pertimbangan bisnis dan ekonomi yang layak sehingga mereka bisa memenangkan persaingan tersebut," imbuh dia.

Fahmy melanjutkan, apa yang dilakukan pemerintah dengan menunjuk Pertamina menggantikan Chevron telah sesuai dengan konstitusi Republik Indonesia.

Di dalam Pasal 33 UUD 1945, disebutkan bahwa kandungan sumber daya alam Indonesia dikuasai negara untuk kemakmuran seluruh rakyatnya.

"Pertamina sebagai representasi negara hadir untuk menunjukkan bahwa sudah sesuai dengan apa yang ada di UUD tersebut. Jadi semata-mata ya kemudian diambil dan diberikan ke Pertamina, tetapi kemudian produksi turun. Kalau menurun maka itu enggak sesuai konstitusi sebab negara akan kehilangan produksi migas yang maksimal dari Blok Rokan," tutur Fahmy.

Tingkatkan produksi

Fahmy menyebuyt, Pertamina harus mampu meningkatkan produksi minyak di Blok Rokan.

"Akan jadi tantangan buat Pertamina untuk membuktikan bahwa dia mampu menaikkan produksi minyak di Blok Rokan atau minimal sama dengan produksi Chevron," sebutnya.

Sejak beroperasi pada 1971 hingga 31 Desember 2017, Blok Rokan telah menghasilkan minyak sebanyak 11,5 miliar barel. Sementara Chevron memproduksi minyak per harinya di sana sebesar 200.000 barel per hari.

Cadangan minyak di Blok Rokan yang mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barel akan menjadi tantangan bagi Pertamina untuk menghasilkan minyak secara maksimal.

Pertamina sendiri tercatat tak begitu baik dalam mengelola lapangan migas. Fahmy menjelaskan bahwa produksi minyak Pertamina di Blok Mahakam tak terlalu bagus.

Namun demikian, Fahmy optimistis Pertamina bisa meningkatkan produksi minyak harian di Blok Rokan lantaran kondisinya yang berbeda dengan di Blok Mahakam.

"Tetapi ini kan karakteristik berbeda antara Rokan dan Mahakam. Rokan cadangannya jauh lebih besar dan di sekitar sumurnya masih menghasilkan minyak, sedangkan di Blok Mahakam itu dia harus mencari sumur-sumur baru sementara sumur yang ada sudah tua dan produksinya rendah," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com