Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi AS Diprediksi Melambat akibat Terpukul Perang Dagang

Kompas.com - 24/08/2018, 07:32 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melambat selama kuartal-kuartal mendatang setelah menyentuh tertinggi dalam empat tahun terakhir pada periode April-Juni 2018 lalu.

Mengutip Kontan.co.id sebagaimana dilansir dari Reuters, hasil jajak pendapat para ekonom menunjukkan bahwa perang dagang yang dikobarkan Presiden Donald Trump akan menimbulkan gangguan bagi ekonomi AS.

Didorong efek paket pemotongan pajak senilai hingga 1,5 triliun dollar AS yang disahkan akhir tahun lalu, ekonomi AS tumbuh 4,1 persen pada kuartal II 2018 lalu. Ini kinerja terkuat dalam hampir empat tahun terakhir.

Tapi jajak pendapat terbaru dari lebih dari 100 ekonom yang dilakukan pada 13-21 Agustus 2018 menunjukkan, ekonomi AS akan kehilangan momentum dalam kuartal mendatang dan juga pada akhir tahun depan.

Pada kuartal saat ini atau kuartal III 2018, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3 persen, kemudian akan tumbuh 2,7 persen di tahun 2019.

Dorongan jangka pendek pertumbuhan ekonomi dari kebijakan pemotongan pajak di AS diperkirakan mulai berkurang. Para ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di sebagian besar kuartal pada tahun depan lantaran ekonomi AS rentan terhadap konflik perdagangan dengan China.

Ekonom Rabobank Philip Marey mengatakan, langkah-langkah perdagangan yang diambil oleh AS serta pembalasan oleh pemerintah negara lain mungkin akan memperlambat sedikit pertumbuhan ekonomi.

"Namun, itu bisa berubah dalam kasus perang perdagangan global dimana berbagai negara asing mengambil langkah-langkah proteksionis yang ditujukan ke AS," kata Marey.

Hampir 2/3 dari 56 ekonom mengatakan mereka telah mempertimbangkan dampak dari perang perdagangan yang meluas dalam prediksi pertumbuhan ekonomi AS.

Sebanyak 20 ekonom menyatakan, untuk saat ini sengketa perdagangan tidak memiliki pengaruh pada perkiraan mereka soal ekonomi AS. Namun, mereka menggarisbawahi bahwa risiko downside ke prospek pertumbuhan ekonomi AS jika ketegangan perdagangan semakin dalam.

“Pada saat ini, dengan apa yang kita tahu dan yakini, risiko terhadap prospek ekonomi AS adalah sisi negatif dari perselisihan perdagangan. Meskipun demikian, kami belum secara substansial menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS. Efek lebih lanjut tentu bisa mengubah pandangan kami,“ kata Sam Bullard, ekonom senior Wells Fargo.

Soal pendapat Trump yang mengatakan bahwa kenaikan tarif perdagangan ini akan menguntungkan perekonomian AS, hal itu tidak diamini oleh seluruh ekonom yang disurvei Reuters.

Semua tarif yang dikenakan dan tindakan pembalasan sampai sekarang sebagian besar terbatas pada mesin industri China, komponen elektronik dan barang setengah jadi lain. Dan itu hanya memiliki dampak terbatas pada perekonomian AS.

Namun, pemberlakukan tarif berikutnya yang direncanakan pada akhir September 2018 ditujukan untuk produk-produk konsumen dan kemungkinan akan berdampak negatif pada ekonomi secara keseluruhan karena belanja konsumen berkontribusi lebih dari dua pertiga produk domestik bruto (PDB) AS.

Meski akan melambat, namun kemungkinan ekonomi AS akan masuk resesi sangat kecil. Dari jajak pendapat tersebut, hanya satu dari 100 ekonom yang disurvei memprediksikan resesi ekonomi AS pada tahun 2020.

Meskipun ada risiko yang berasal dari perang dagang, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September 2018 dan sekali lagi pada bulan Desember 2018, sehingga mengambil tingkat suku bunga akan menjadi 2,25-2,50 persen pada akhir 2018.

Untuk tahun depan, ekonom memperkirakan The Fed akan mengerek dua kali kenaikan suku bunga. "Impuls yang memudar dari kebijakan fiskal dan dampak dari ketidakpastian perdagangan adalah cerita di tahun 2019. Sementara The Fed akan fokus pada bagaimana melacak hari ini dan bagaimana kondisi keuangan berkembang sekarang," tulis ekonom Morgan Stanley. (Khomarul Hidayat)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Ekonomi AS mulai melambat terpukul perdang dagang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com