Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Faktor Persepsi Harus Diwaspadai

Kompas.com - 13/09/2018, 15:37 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pandangan dunia terhadap negara berkembang yang rentan perlu untuk diwaspadai. Jika tidak waspada, Indonesia sebagai satu dari banyak negara berkembang berpotensi disamakan dengan negara berkembang lain yang perekonomiannya rentan, bahkan telah mengalami krisis.

"Seiring dengan krisis di Argentina dan adanya guncangan di Turki, atau ketidakpercayaan gara-gara kebijakan yang tidak konsisten di Turki, maka muncul persepsi bahwa negara-negara emerging itu semua mungkin bisa mengalami hal yang sama," kata Sri Mulyani saat memberi sambutan dalam acara Forum Riset Life Science Nasional 2018 di Hotel Pullman, Kamis (13/9/2018).

Sri Mulyani menjelaskan, berdasarkan data-data terkini, kondisi perekonomian Indonesia dipastikan dalam kondisi baik. Bahkan, sejumlah lembaga pemeringkat internasional menilai ekonomi Indonesia memiliki ketahanan yang cukup untuk menghadapi ketidakpastian global yang kebanyakan bersumber dari ketegangan perdagangan serta penguatan dollar AS.

Meski begitu, faktor persepsi tetap penting untuk dijaga. Bila persepsi negara lain terhadap Indonesia sama dengan negara berkembang yang rentan, efeknya akan terasa hingga ke dalam negeri dan membuat pemerintah lebih sulit lagi menjaga stabilitas perekonomian untuk jangka menengah dan panjang.

Baca juga: Diprotes Anggota DPR, Ini Tanggapan Sri Mulyani

"Begitu dimasukkan ke dalam kelompok itu, maka dinamikanya akan semakin tinggi dan menyebabkan kemampuan kita menjaga stabilitas jadi sangat-sangat tertantang," tutur Sri Mulyani.

Dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah, pemerintah telah menempuh sejumlah kebijakan, di antaranya mengendalikan impor barang konsumsi, peningkatan devisa dari sektor pariwisata, hingga menunda proyek infrastruktur yang memiliki komponen impor yang tinggi.

Selain itu, Bank Indonesia selaku otoritas moneter juga mengantisipasi dampak tersebut dengan menaikkan suku bunga acuan dan melakukan intervensi ganda, baik di pasar valas dan beli SBN (Surat Berharga Negara) yang dilepas investor di pasar sekunder.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com