Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang AS-China, Pertumbuhan Ekonomi Asia Diliputi Risiko

Kompas.com - 26/09/2018, 15:19 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asia sebagai wilayah pasar berkembang dihadapkan oleh berbagai tekanan sepanjang tahun 2018 ini. Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam Asian Development Outlook (ADO) 2018 meski mempertahankan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 6 persen, namun menurunkan prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kawasan Asia tahun 2019 menjadi 5,8 persen dari 5,9 persen.

Memuncaknya ketegangan perdagangan antara China dengan Amerika Serikat dikhawatirkan memunculkan risiko yang merambat ke negara-negara lain di kawasan Asia.

"Risiko terbesar dari pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia adalah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China yang mendisrupsi perdagangan di kawasan Asia dan meningkatkan ketidak pastian," ujar ekonom ADB Emma Ellen ketika memberikan paparan ADO di kantornya, Rabu (26/9/2018).

Dia menjelaskan, meski penuh risiko tetapi seharusnya kawasan Asia mampu bertahan lantaran beberapa negara di kawasan Asia telah melakukan langkah-langkah stabilisasi.

Baca juga: Rupiah Tergencet Sentimen Perang Dagang

Permintaan domestik sendiri dinilai cukup kuat dan menjadi penggerak bagi perekonomian kawasan berkembang ini. Harga minyak dan gas yang sedang melonjak tinggi dinilai dapat memicu pertumbuhan ekonomi negara-negara eksportir komoditas energi.

Adapun pertumbuhan perekonomian industri di kawasan Asia mencapai 2,3 persen di tahun 2018 dan turun menjadi 2,0 persen di tahun 2018.

Di sisi lain di tengah mengetatnya likuditas global, tingkat inflasi di kawasan Asia diperkirakan berada pada kisaran 2,8 persen baik di tahun 2018 maupun 2019. Proyeksi inflasi untuk tahun 2019 meningkat dari yang sebelumnya 2,7 persen di bulan Juli lalu.

"Berbagai hambatan yang mulai muncul menimbulkan tanda tanya mengenai arah pertumbuhan ini di masa yang akan datang. Tidak ada yang bisa memrediksi apa yang terjadi dengan perdagangan Amerika dan China," ujar Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Winfried Wicklein.

Untuk China sendiri, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sesuai perkiraan sebesar 6,6 persen. Namun, untuk tahun 2019 mendatang, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang tadinya sebesar 6,4 persen diturunkan menjadi 6,3 persen.

"Angka tersebut merefleksikan masih adanya risiko peningkatan tarif lebih lanjut," sebut Emma.

Sebagai informasi, Amerika Serikat awal pekan ini baru saja menerapkan tarif sebesar 10 persen untuk 200 miliar dollar AS produk impor asal China. Tarif tersebut akan ditingkatkan menjadi 25 persen pada Januari 2019. Adapun China membalas dengan memberikan tarif sebesar 5 persen dan 10 persen untuk 60 miliar dollar AS produk impor asal AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com