Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Kecelakaan Kapal Nelayan, KKP Luncurkan Wakatobi AIS

Kompas.com - 10/10/2018, 12:14 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) lewat Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi mengembangkan teknologi berbasis radar pemantauan dalam Wakatobi AIS.

Wakatobi AIS adalah alat hasil rekayasa transporder AIS berukuran kecil yang dirancang meningkatkan keselamatan nelayan khususnya nelayan kecil (< 3 GT) serta meningkatkan pantuan terhadap nelayan untuk mencegah IUU fishing.

Adanya teknologi Wakatobi AIS ini jadi bagian dalam upaya mengurangi risiko insiden hanyutnya nelayan. Mengingat di Wakatobi, kejadian nelayan hilang dapat ditemui hampir setiap bulan.

"Melalui pendekatan teknologi, diharapkan akan dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan standar keselamatan para pelaku perikanan serta mendukung keterpantauan nelayan tradisional untuk perikanan yang berkelanjutan," kata Kepala Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan Akhmatul Ferlin di Gedung Mina Bahari 3 KKP, Selasa (9/10/2018).

Wakatobi AIS direkayasa bersama LAB247, unit litbang non pemerintah yang mengembangkan radar dan teknologi perangkat lunak yang didesain khusus berdasarkan karakteristik nelayan kecil di Indonesia.

AIS transponder ini berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 cm dengan panjang antena sepanjang 100 cm. Setiap unitnya memiliki bobot 0,6 kg agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil khususnya yang armada berbobot dibawah 1 Gross Ton.

Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian.

Untuk meningkatkan keselamatan nelayan, terdapat tiga tombol pada perangkat ini, yaitu tombol power, Penanda Lokasi Tertentu (custom tag), dan tombol darurat (distress).

Pengoperasian alat ini cukup mudah. Fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik ke detik pada stasiun penerima (VTS).

“Dengan demikian, jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam, atau dirampok maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian,” jelas Ferlin.

Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya. Dengan menekan tombol distress maka perangkat akan melakukan broadcast pesan AIS selama selang waktu tertentu untuk memastikan pesan teks tersebut dapat terkirim dengan sempurna.

Teks pesan darurat bisa berupa kode bahaya, identitas yang meliputi nama kapal, pelabuhan asal, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dan atau informasi lain yang sebelumnya diprogram kedalam perangkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GOTO Catat Rugi Bersih Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024, Susut 78 Persen

GOTO Catat Rugi Bersih Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024, Susut 78 Persen

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com