Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Pemimpin Negara-negara Asia Harus Pede, Tapi Tak Boleh Jumawa

Kompas.com - 13/10/2018, 06:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memuji progres pertumbuhan ekonomi Asia yang terjadi selama dekade terakhir. Asia pun menurut IMF terus menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia.

Meskipun demikian, ada sejumlah risiko penurunan pertumbuhan ekonomi yang menghantui Asia. Risiko tersebut terjadi baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee mengungkapkan, risiko tersebut antara lain kondisi pasar keuangan yang mengetat lantaran kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang terus menaikkan suku bunga dan perang dagang AS-China. Risiko lainnya adalah penurunan produktivitas dan maraknya digitalisasi.

Oleh karena itu, Rhee mengungkapkan, pihaknya meminta pemerintah negara-negara di Asia untuk tetap optimis. Akan tetapi, pada saat yang sama pemerintah juga tidak boleh terlampau jumawa.

"Saya ingin menekankan bahwa pemerintah harus percaya diri, namun tidak jumawa," jelas Rhee.

Apa maksudnya? Rhee menuturkan, kawasan Asia memiliki bantalan fiskal dan eksternal yang kuat, bingkai kebijakan yang baik, dan pertumbuhan yang solid. Hal ini penting untuk meredam dampak goncangan yang terjadi.

Rhee menuturkan, dalam kondisi yang baik tersebut, pertumbuhan ekonomi Asia masih dibayangi risiko yang kemungkinan masih terus berlanjut. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah negara-negara Asia untuk mengamankan amunisi kebijakan mereka dan menggunakannya di saat-saat dibutuhkan.

"Kebijakan fiskal harus fokus pada membangun bantalan. Nilai tukar harus tetap fleksibel dan dapat bertindak sebagai penyerap goncangan. Dalam beberapa kasus, apabila inflasi meningkat, maka kebijakan moneter harus diperketat," terang Rhee.

Selain itu, pemerintah negara-negara Asia harus meliberalisasi perdagangan dan investasi. Rhee menjelaskan, dalam situasi perang dagang, Asia malah harus membuka pasar.

Sebagai kesimpulan, Rhee menyatakan pihaknya memandang pertumbuhan ekonomi Asia masih resilien, namun masih ada tantangan baik untuk saat ini maupun jangka menengah. Menjaga kebijakan ekonomi yang kuat dan tetap melakukan reformasi struktural akan membantu Asia tetap pada posisi terdepan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Whats New
Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Whats New
Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com