Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Manfaatkan Bonus Demografi untuk Dongkrak Ekonomi

Kompas.com - 22/11/2018, 16:08 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, bonus demografi di Indoensia sudah bisa dirasakan sejak 2010, di mana sekitar 70 persen penduduknya berada di usia produktif. Puncak bonus demografi diprediksi terjadi pada 2025-2030.

Bonus demografi tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, asal bisa dikelola dengan baik.

"Masalahnya jelang 2045 harus siap-siap jadi negara yang menua. Bonus demografi ini masa emas kita menjadi negara maju," ujar Bambang saat menjadi pembicara di Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Menurut dia, Jepang dan China tumbuh menjadi negara maju karena memanfaatkan bonus demografi dengan baik. Sekali Indonesia tak bisa memanfaatkan potensi itu lanjut Bambang, jangan harap Indonesia bisa menjadi bagian dari negara maju pada 2045 di usianya yang ke-100 tahun.

Baca juga: Milenial dan Gig Economy di Era Industri 4.0

"Harus dimulai dari sekarang karena ini bukan hanya pekerjaan satu generasi, harus diteruskan dengan baik," kata Bambang.

Salah satu memanfaatkan bonus demografi adalah dengan mendorong tumbuhnya entrepreneur-entrepreneur baru.

Bambang menyebut, salah satu ciri negara maju adalah banyaknya pengusaha yang menciptakan lapangan pekerjana baru. Mereka jadi unsur utama yang menggerakkan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, jika Indonesia ingin menggenjot pertumbuhan ekonomi, maka menumbuhkan entrepreneur baru menjadi solusinya.

"Harus semakin banyak entrepreneur supaya pertumbuhan ekonomi tumbuh cepat," kata Bambang.

Bambang mengatakan, saat ini mulai muncul keberanian generasi milenial untuk menjadi pengusaha setelah lulus perguruan tinggi. Tak sedikit pula yang ingin membangun startup. Meski juah startup yang sukses masih di bawah 10 persen, kata Bambang, setidaknya mereka ada keinginan untuk mencoba.

Saat ini, dua sektor yang menjanjikan adalah manufaktur dan jasa modern. Meski dari dua bidang yang berbeda, namun keduanya memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi. Diketahui, sebelum krisis 98, Indonesia tumbuh di atas 7 persen karena industri manufaktur yang maju. Sementara untuk saat ini, kebanyakan pertumbuhan ekonomi ditopang di sektor jasa, termasuk industri kreatif.

"Kalau disinergikan dan dibawa ke arah yang tepat, bisa mengoptimalkan apa yang kita punya. Yang paling penting harus ada reformasi struktural," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Daging Ayam di Bawah HET, Mendag: Kalau Segini Terus-terusan Peternak Rugi

Harga Daging Ayam di Bawah HET, Mendag: Kalau Segini Terus-terusan Peternak Rugi

Whats New
Hibah Alat Belajar SLB Ditagih Bea Masuk Ratusan Juta Rupiah, Bea Cukai Sebut Ada Miskomunikasi

Hibah Alat Belajar SLB Ditagih Bea Masuk Ratusan Juta Rupiah, Bea Cukai Sebut Ada Miskomunikasi

Whats New
Wall Street Menghijau, Saham Tesla Melesat 15 Persen

Wall Street Menghijau, Saham Tesla Melesat 15 Persen

Whats New
Hari Buruh 2024, KSPI: Cabut Omnibus Law Cipta Kerja, Hapus 'OutSourcing'

Hari Buruh 2024, KSPI: Cabut Omnibus Law Cipta Kerja, Hapus "OutSourcing"

Whats New
[POPULER MONEY] Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998 | Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

[POPULER MONEY] Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998 | Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Whats New
Petugas KCIC Kembalikan Barang Penumpang Whoosh yang Tertinggal, Berisi Uang Rp 50 Juta

Petugas KCIC Kembalikan Barang Penumpang Whoosh yang Tertinggal, Berisi Uang Rp 50 Juta

Whats New
AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi 'Lender Institusional'

AdaKami Buka Kemungkinan Kerja Sama dengan Perbankan jadi "Lender Institusional"

Whats New
Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Investasi Apple di Indonesia Capai Rp 1,6 Triliun, Bahlil: Belum Ada Komunikasi ke Kami

Whats New
Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com