Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektivitas Kebijakan "Ngerem" Laju Impor Dipertanyakan

Kompas.com - 17/12/2018, 19:03 WIB
Yoga Sukmana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kebijakan untuk mengerem barang impor sudah dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian, kini efektivitas kebijakan itu dipertanyakan.

Hal itu menyusul defisit neraca perdagangan Indonesia pada November 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai 2,05 miliar dollar, tertinggi sepanjang 2018.

"Berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang coba kendalikan impor barang konsumsi lewat PPh 22 hanya berdampak kecil," ujar Ekonom INDEF Bima Yudhistira ketika dihubungi Kompas.com, Jakarta, Senin (17/12/2017).

Bima mengatakan, impor barang konsumsi hanya turun 4,7 persen dibandingkan Oktober 2018. Sementara itu, selama periode Januari-November 2018, impor barang konsumsi masih tumbuh 22,1 persen.

Baca juga: Terbesar Selama 2018, Neraca Perdagangan RI Defisit 2,05 Miliar Dollar AS

Sementara itu, impor migas juga turun 2,8 persen dibandingkan Oktober 2018. Namun, kata Bima, hal ini lebih disebabkan faktor musiman karena sebelumnya Pertamina sudah mengimpor stok BBM untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun.

"Harga migas juga rata-rata turun 10,96 persen di bulan November 2018 dibanding Oktober 2017. Itu penyebab impor migas turun. Bukan karena efek kebijakan B20," kata dia

"Karena B20 itu masih ada kendala di tingkat terminal pencampuran sawit dan solar, serta masalah distribusi di daerah," sambung dia.

Baca juga: Masa Suatu Saat Harus Impor Bumbu Rawon Halal dari Thailand?

Bima memperkirakan, tren defisit perdagangan akan berlanjut hingga Desember 2018 dengan total defisit 9 miliar dollar AS.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, defisit neraca perdagangan yang tembus 2,05 miliar dollar AS pada November 2018 disebakan faktor eksternal, terutama akibat pelemahan permintaan impor dari China.

Selama ini, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Mayoritas ekspor RI di kirim ke China. Oleh karena itu, pelemahan ekonomi China dinilai akan mempengaruhi permintaan ekspor produk RI.

Sementara itu kata Sri Mulyani, kemampuan pasar-pasar baru ekspor produk Indonesia menyerap ekspor sangat terbatas. Hal ini akibat adanya pelemahan permintaan akibat kondisi ekonomi global yang tak pasti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com